JAKARTA - Harga cabai rawit merah belakangan ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan di pasaran.
Bahkan, untuk jenis cabai rawit merah telah mencapai angka Rp72.000 per kilogram (kg) di tingkat petani.
Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Tunov Mondro Atmojo menuturkan, untuk di tingkat petani kenaikan harga cabai baru terjadi dalam kurun waktu delapan hari terakhir ini.
“Di tingkat petani, kenaikan harga itu belum sampai dua minggu. Sekitar delapan hari. Sebelum itu harganya masih lumayan stabil, masih dalam tahap wajar,” tuturnya saat dihubungi VOI, Jumat, 10 Januari.
Berdasarkan data per 9 Januari, sambung Tunov, harga cabai rawit merah ori super atau grade A di tingkat petani saat ini Rp77.000 per kg. Sedangkan untuk cabai merah kriting super Rp44.000 per kg.
“Di tingkat petani, di kooperasi kami, untuk rawit merah jenis ori super itu Rp77.000, terus untuk rawit merah biasa itu Rp70.000 sampai Rp72.000. Untuk cabai merah kriting yang super itu Rp44.000,” katanya.
Mengacu pada Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 12 Tahun 2024, Harga Acuan Penjualan (HAP) di tingkat petani untuk cabai rawit merah sebesar Rp25.000 hingga 31.500 per kg dan cabai merah kering di Rp22.000 hingga Rp29.600 per kg.
Sementara untuk HAP di tingkat konsumen ditetapkan untuk cabai rawit merah Rp40.000 hingga 57.000 per kg dan cabai merah keriting sebesar Rp37.000 hingga 55.000 per kg.
BACA JUGA:
Tunov mengatakan, kenaikan harga cabai di tingkat petani terjadi karena produksi mengalami penurunan akibat cuaca ekstrem. Di mana, kebun cabai banyak yang terendam banjir. Selain itu, hujan dan angin yang kencang menyebabkan bunga cabai rontok.
“Itu kebanyakan produktivitas turun karena rontok bunga. Hujan, angin, itu bunga banyak yang rontok, akhirnya probabilitas per pohon itu berkurang drastis, bisa sampai di 50 persen,” jelasnya.
Lebih lanjut, Tunov mengatakan, perkebunan cabai yang terdampak banjir terjadi hampir di seluruh wilayah sentra cabai.
“Untuk wilayah tadi yang tergenang air itu hampir menyeluruh. Dari NTB sampai Sumatera Barat, itu menyeluruh. Menyeluruh di semua sentra,” ujarnya.
Saat ini, sambung Tunov, petani sudah mulai menanam kembali pohon-pohon cabai yang rusak akibat diterpa angin maupun hujan.
“Kami sudah mengantisipasi, sekarang kami sudah mulai bahkan mengganti tanaman-tanaman rusak, cabai, kita langsung susun, kita ganti lagi. Harapannya nanti di bulan Februari menghadapi Lebaran, kita sudah ada produksi lagi,” ucapnya.