Bagikan:

JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) ungkapkan ketidakpastian pasar keuangan global mereda pada kuartal III-2024 didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter dari berbagai negara. Hal ini sejalan dengan tekanan inflasi di berbagai negara tersebut yang melambat atau menurun.

Hal tersebut berdasarkan hasil rapat Koordinasi KSSK yang sudah dilakukan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan seperti inflasi di Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan akan mendekati sasaran 2 persen secara year on year (YoY) ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kecenderungan tingkat pengangguran di AS yang masih tinggi.

"Perkembangan tersebut mendorong (The Fed) memangkas Fed Fund Rate sebesar 50 basis poin ke level 4,75 persen hingga 5 persen pada September 2024. Dan dengan sinyal akan adanya pelonggaran lanjutan hingga akhir tahun 2024," ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK Tahun 2024, Jumat, 18 Oktober.

Sri Mulyani menambahkan sejalan dengan perkembangan tersebut, imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury untuk tenor 2 tahun menurun signifikan, dan sekarang yield US Treasury tenor 2 tahun lebih rendah dari yield US Treasury tenor 10 tahun.

"Ini adalah suatu perkembangan yang baik karena sebelumnya yield jangka pendek lebih tinggi dibanding jangka panjang," tegasnya.

Sri Mulyani menyampaikan karena higher for longer mulai mereda sehingga meningkatkan aliran modal asing dengan suku bunga di negara utama lebih rendah maka capital flow kembali ke emerging market atau ke negara berkembang ini termasuk masuk ke Indonesia.

Meski demikian, Sri Mulyani menyampaikan KSSK akan tetap mewaspadai dan antisipasi peningkatan dinamika ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global pada kuartal IV 2024. Sejalan dengan terjadinya eskalasi gejolak geopolitik di kawasan Timur Tengah.

"Kami meningkatkan kewaspadaan di tengah berbagai risiko, terutama yang berasal dari eksternal yang dinamis dan potensi rambatannya terhadap perekonomian dan stabilitas sektor keuangan di dalam negeri," ujarnya.

Sri Mulyani menjelaskan ketegangan geopolitik antara Israel dan Palestina yang berkembang dengan Hisbullah untuk menyerang Lebanon, bahkan masuk dalam ketegangan geopolitik karena berkonfrontasi langsung dengan Iran.

Menurut Sri Mulyani eskalasi tersebut cukup tinggi sehingga mempengaruhi dinamika keuangan global dan seluruh anggota KSSK akan terus berupaya untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian kondisi global terhadap ekonomi dan keuangan Indonesia.