Bagikan:

JAKARTA - Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menandatangani kerja sama dengan PT Pertamina International Shipping (PIS), Sub Holding Integrated Marine and Logistics dari Pertamina terkait penyediaan energi hijau.

Adapun kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara PIS dan PNRE dalam mengembangkan bisnis transportasi berbasis energi terbarukan, khususnya terkait pengangkutan hidrogen hijau dan bahan bakar berkelanjutan lainnya.

CEO Pertamina NRE, John Anis, mengatakan, kerjasama ini didasari oleh beberapa faktor yakni , posisi geografis Indonesia yang sangat strategis di jalur pelayaran internasional.

“Posisi Indonesia dalam jalur pelayaran internasional akan memberikan peluang besar untuk mengembangkan bisnis bahan bakar berkelanjutan dalam sektor maritim global” ujar John, Kamis, 17 Oktober.

Tidak hanya itu, Berdasarkan proyeksi dari Bloomberg New Energy Finance (BNEF), permintaan hidrogen hijau diperkirakan akan melonjak drastis, dengan sektor pelayaran diperkirakan akan mengonsumsi sekitar 6 juta ton hidrogen hijau, terutama dalam bentuk metanol, setiap tahun pada 2028.

Selain itu, berdasarkan Studi kelayakan yang dilakukan oleh PNRE menunjukkan bahwa biaya transportasi hidrogen, baik dalam bentuk amonia maupun metanol, menyumbang porsi signifikan dalam landed cost of hydrogen (LCOH) di pasar sasaran. Kolaborasi ini diharapkan dapat mengurangi biaya transportasi dan menciptakan efisiensi.

CEO PIS Yoki Firnandi mengatakan sebagai bagian dari Pertamina Group, PIS siap mendukung pengembangan energi baru terbarukan untuk memperluas portofolio bisnis ini ke depannya.

"Kolaborasi sesama Pertamina Group sangat diperlukan, sehingga semua potensi dan _opportunity_ bisnis ini bisa kita garap tanpa mengurangi _competitiveness tentunya. PIS siap mendukung mulai dari kebutuhan angkutan untuk distribusi, terminal, dan pelabuhan yang terkait sektor logistik dan transportasi laut," ujarnya.

Selain bisnis pengangkutan, lanjut Yoki, untuk membuktikan komitmen dalam pengembangan bisnis transisi energi saat ini juga tengah digarap proyek Jakarta Integrated Green Terminal yang ke depan bisa dioptimalisasikan untuk fasilitas penampungan karbon, LNG, maupun kebutuhan lainnya yang bisa dioptimalkan oleh PNRE seperti; bioetanol, amonia, hidrogen, dan lainnya.