Bagikan:

JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendorong peningkatan produktivitas gula di Nusa Tenggara Timur (NTT) guna mencapai swasembada nasional.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan langkah itu dilakukan dengan upaya pengembangan lahan, peningkatan teknologi, dan dukungan petani lokal.

"Kami sudah melakukan kunjungan ke NTT, untuk memastikan langkah-langkah konkret dalam mendukung percepatan swasembada gula nasional dan peningkatan produktivitas gula di wilayah NTT," katanya dalam keterangan, Minggu 13 Oktober, disitat Antara.

Astawa menyampaikan, pihaknya melaksanakan kunjungan kerja ke PT Muria Sumba Manis di Sumba Timur, NTT, sebagai komitmen untuk terus mendorong produktivitas dan meningkatkan rendemen tebu di pabrik itu.

Ia menerangkan, langkah-langkah seperti peningkatan teknologi, optimalisasi lahan, serta inovasi bibit rekayasa genetik untuk memperoleh bibit tebu terbaik bisa menjadi kunci dalam mencapai target swasembada gula.

"Ini tidak hanya untuk NTT, tetapi juga untuk kebutuhan gula nasional," ujar Astawa.

Adapun dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS), luas areal perkebunan tebu di NTT pada 2022 ada hingga 1.734 hektare dengan produktivitas mencapai 1.777 ton selama setahun.

Data itu mengalami kenaikan signifikan bila dibandingkan tahun 2021 yang saat itu luas areal masih di angka 1.491 hektare, namun produktivitas bisa mencapai 5.733 ton.

Astawa menyatakan bahwa pihaknya telah mendapat arahan dari Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi agar ekosistem gula nasional terus diperkuat, salah satunya dengan memastikan panen petani dapat diserap oleh banyak pihak, BUMN pangan maupun swasta.

"Kami di Bapanas telah mendorong itu dengan menetapkan harga di tingkat produsen sampai konsumen. Jadi gula di tingkat petani, harganya kita jaga, kemudian sampai dengan di hilir, harganya juga kita jaga dengan baik," sambungnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan menurut data BPS dalam 'Statistik Tebu Indonesia 2022' yang diterbitkan pada November 2023, produksi gula Indonesia pada 2022 yang mencapai 2,4 juta ton sebagian besar disokong oleh perkebunan rakyat sebesar 63 persen.

Selebihnya perkebunan swasta 27 persen dan perkebunan besar negara 10 persen. Untuk itu, kemitraan dengan para petani tebu rakyat penting perlu terus dijalin dengan baik.

Dia mengungkapkan, PT Muria Sumba Manis mulai melakukan penanaman tebu sejak tahun 2014 dan memulai pembangunan pabrik pada 2018. Saat ini telah mengelola lahan seluas 34 ribu hektare, dengan 18 ribu hektare di antaranya sudah digunakan untuk produksi.

"Kapasitas produksi pabrik ini mencapai 6 ribu Ton Cane Day (TCD) dan diharapkan dapat meningkat menjadi 12 ribu TCD pada fase selanjutnya," ungkapnya.

Perusahaan itu juga memiliki target perluasan lahan sebesar 4.905 hektare di tahun 2024, dengan target minimal penambahan lahan 1.000 hektare setiap tahunnya.

Selain fokus pada perluasan lahan, pemerintah melalui Bapanas juga mendukung peningkatan rendemen tebu. Tahun 2024, PT Muria Sumba Manis menargetkan rendemen mencapai persen, setelah sebelumnya mencapai 8,3 persen.

"Untuk rencana jangka panjang, target rendemen diharapkan dapat mencapai 11 hingga 12 persen," terangnya.

Ia juga mengatakan, pemerintah akan terus memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan untuk memastikan peningkatan produktivitas dan kualitas hasil panen, sehingga kontribusi PT Muria Sumba Manis terhadap swasembada gula nasional dapat semakin optimal.

"Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi NTT dalam mendukung ketersediaan gula nasional," katanya.