Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengungkapkan perubahan iklim sangat berbahaya dan menekankan betapa mendesaknya transisi energi serta pentingnya keberlanjutan.

"Yang saya mau tekankan adalah permasalahan perubahan iklim tidak akan bisa terselesaikan selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi dan menghitung keuntungannya sendiri dan hanya mementingkan egosentrisnya sendiri," ujar Jokowi dalam sambutannya pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) di JCC, Kamis, 5 September.

Dikatakan kepala negara, untuk menyelesaikannya permasalahan ini dibutuhkan pendekatan yang kolaboratif, pendekatan yang berperikemanusiaan dan kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang.

"Dan kemanusiaan, agar prosesnya tidak mengorbankan rakyat kecil. Karena ekonomi hijau bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, bukan hanya itu tapi juga tentang bagaimana menciptakan kesejahteraan, kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat," kata dia.

Ia juga mengingatkan semua pihak untuk tidak meragukan komitmen Indonesia untuk mencapai target net zero emission (NZE) dan berkontribusi bagi dunia yang lebih baik. Apalagi Indonesia memiliki potensi Energi Hijau yang melimpah, bahkan mencapai 3.600 Gigawatt (GW).

Namun menurut Jokowi, semua itu tidak akan memberikan dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim selama negara maju tidak berani berinvestasi.

"Tapi semua itu tidak akan memberi dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim selama negara maju tidak berani berinvestasi. Selama riset dan teknologi tidak dibuka luas, dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang," pungkas Jokowi.