Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta sejumlah instansi terkait melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada 1-5 Juni 2024. 

Operasi TMC ini dimaksudkan untuk mengisi 43 bendungan di Pulau Jawa yang mengalami penurunan daya tampung akibat El Nino.

Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Adek Rizaldi mengatakan, volume tampungan bendungan di Pulau Jawa berkurang sekitar 19 persen akibat El Nino, yakni sebesar 981,5 juta meter kubik air. 

"Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan dari penurunan volume air ini adalah berkurangnya pasokan air untuk irigasi, yang pada gilirannya akan mengurangi luas lahan yang dapat diairi pada musim tanam," ujar dia dalam keterangan, Sabtu, 8 Juni.

Karena itu, Kementerian PUPR melakukan operasi TMC dengan harapan dapat mengatasi defisit volume tampungan dan memastikan ketersediaan air selama masa tanam II, sehingga petani tetap bisa panen dan rencana layanan irigasi untuk masa tanam III dapat ditingkatkan. 

Adek mengatakan, pelaksanaan TMC terbagi menjadi tiga posko, yakni posko 2 di Bandung untuk 8 bendungan, posko 3 di Solo untuk 23 bendungan dan posko 4 di Malang untuk 12 bendungan.

"Kegiatan TMC telah dilaksanakan sejak 1-5 Juni 2024 dengan hasil terjadi hujan di sekitar 22 Bendungan dari target 43 Bendungan," katanya.

Sebanyak 22 bendungan tersebut antara lain Bendungan Jatiluhur, Kedung Ombo, Wadaslintang, Logung, Gembong, Sanggeh, Cipancuh dan Bolang.

Kemudian, di Bendungan Banyukuwung, Panohan, Grawang, Randugunting, Gunung Rowo, Gondang Lamongan dan Prijetan. Selanjutnya, di Bendungan Telaga Ngebel, Rancabereum, Malahayu, Lodan, Cacaban, ⁠Wonorejo dan ⁠Pacal.

Adapun tahapan pelaksanaan TMC meliputi BMKG menyediakan informasi prediksi potensi awan di Pulau Jawa yang berpotensi menimbulkan hujan. Lalu, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mengidentifikasi bendungan yang memerlukan tambahan air.

BRIN menganalisis kebutuhan bahan penyemaian dan merencanakan penerbangan. Kemudian, TNI AU melaksanakan penyemaian awan. Setelah penyemaian, BMKG dan BRIN memantau hasil dan terjadinya hujan.

Setelah itu, Ditjen SDA kemudian memonitor curah hujan, tinggi muka air waduk, volume tampungan, inflow dan outflow selama 24 jam serta menganalisis tambahan air dan potensi layanan dengan volume efektif terkini.

Terakhir, dilakukan evaluasi pelaksanaan TMC setiap harinya. Tahapan di atas dilakukan berulang sampai TMC dinyatakan selesai.