Bagikan:

JAKARTA - Bambu menjadi salah satu material yang digunakan dalam pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak, khususnya untuk Seksi 1 Semarang-Sayung.

Bambu-bambu dirakit dan ditata sedemikian rupa untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar di lokasi konstruksi sebagai suatu sistem matras.

Pasalnya, ruas yang membentang sepanjang 10,64 kilometer (km) itu berada di atas laut. Berbeda dari Seksi 2 Sayung-Demak sepanjang 16,31 km yang berdiri di daratan.

Dikutip dari laman resmi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR pada Selasa, 14 Mei, Jalan Tol Semarang-Demak akan terintegrasi dengan tanggul laut, yang mana struktur timbunan di atas laut diperkuat oleh matras bambu setebal 17 lapis.

Sebelumnya, Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan pengujian untuk mengukur kelayakan menggunakan bahan bambu.

"Pengujian tersebut dilakukan untuk mempersiapkan bahan bambu yang akan digunakan sebagai konstruksi matras untuk mempercepat waktu konsolidasi pada tanah di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak," demikian bunyi keterangan BPJT.

Saat ini, pengerjaan konstruksi pada paket 1B yang berada di atas laut sepanjang sekitar 10 km menggunakan matras bambu sebagai fondasi dan diperlukan sekitar 10 juta batang bambu yang dianyam oleh 1.500 pekerja terampil.

"Bambu-bambu tersebut berasal dari Wonogiri, Magelang dan Purworejo, dengan kriteria khusus yaitu lurus dengan panjang 8 meter dan diameter antara 8-10 cm," ujarnya.

Penggunaan matras bambu tidak hanya berfungsi sebagai fondasi, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem laut.

Bambu yang telah digunakan sebagai matras nantinya akan terendam dan menjadi bagian dari terumbu karang, sekaligus menambah kekuatan struktural di bawah air.