Bagikan:

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) TIS Petroleum E&P Blora Pte. Ltd. berhasil menyelesaikan Proyek EPF (Early Production Facility) RBG Blok – I di Wilayah Kerja Blora, Provinsi Jawa Timur.

Keberhasilan proyek juga ini menjadi tonggak penting bagi SKK Migas bersama KKKS karena berhasil mengoptimalkan cadangan gas yang memiliki kadar CO2 sebesar 30 persen

“Saat ini, Lapangan RBG Blok - I berproduksi sebesar 4 MMSCFD (juta kaki kubik gas per hari) gas dan 35 BCPD (barel kondensat per hari). Keberhasilan dalam melakukan komersialisasi gas dengan kandungan CO2 yang cukup besar memberikan optimisme bagi kami untuk dapat melakukan hal serupa pada lapangan-lapangan lain yang memiliki karakteristik serupa,” ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, Kamis, 11 Januari.

Menurut Hudi, masih ada sejumlah lapangan gas yang belum dioptimalkan karena mengandung kadar CO2 yang cukup tinggi.

"Kami berencana untuk meyakinkan para investor bahwa tidak perlu khawatir. Kami memiliki pengalaman dalam mengkomersialisasi gas-gas ini sehingga dapat diterima oleh para pembeli di masa mendatang," jelasnya.

Hudi kemudian mengatakan, kedepan kapasitas produksi gas dari lapangan Lapangan RBG Blok - I dapat mencapai 10 MMSCFD.

"Kami menyampaikan apresiasi atas pencapaian luar biasa dari KKKS TIS Petroleum E&P Blora Pte. Ltd. dalam menyelesaikan proyek ini. Keberhasilan ini merupakan hasil dari kolaborasi yang erat dan sinergi yang kuat antara SKK Migas, KKKS, dan para pemangku kepentingan, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi gas nasional," ujar Hudi.

Hudi menuturkan, nilai investasi dari Proyek EPF RBG Blok–I mencapai 7,2 juta dolar AS atau sekitar Rp112 miliar yang meliputi biaya sewa EPF, pemasangan Custody Meter Package, serta kegiatan re-entry dan komplesi Sumur RBG-3.

"Kami berharap bahwa investasi ini tidak hanya meningkatkan produksi gas nasional, tetapi juga mampu menghasilkan efek berganda dengan adanya pertumbuhan industri hulu migas, khususnya bagi masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasi," pungkas Hudi.