JAKARTA - PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) terus berkomitmen untuk menerapkan prinsip Environment, Social, dan Governance (ESG) untuk mewujudkan transisi energi di Indonesia.
Perusahaan tambang tembaga dan emas tersebut merilis laporan keberlanjutan yang memaparkan empat pilar ESG, yaitu memajukan sumber daya manusia (SDM), menjunjung tinggi etika, melestarikan lingkungan, dan mengelola sumber daya.
“Laporan pertama yang kami rilis ini menjadi bukti komitmen kami dalam mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dan transparansi dalam bisnis operasional kami. Produk tembaga yang AMMAN hasilkan merupakan komoditas kunci yang sangat dibutuhkan dunia untuk transisi menuju energi hijau,” kata VP Corporate Communications dan Investor Relations AMMAN Kartika Octaviana melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Dalam laporannya, AMMAN memaparkan bahwa berbagai investasi telah dilakukan untuk memitigasi dampak lingkungan. Pada 2022, AMMAN menginvestasikan lebih dari 35 juta dolar AS untuk pengelolaan lingkungan hidup, meningkat 53 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sejak Juni 2022, emiten yang baru melantai di bursa tersebut juga mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Indonesia untuk operasional pertambangan, dengan kapasitas puncak 26,8 megawatt.
Menurut pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah, perusahaan saat ini memang harus selalu menerapkan prinsip ESG dalam setiap operasionalnya. Pemerintah, swasta, bahkan masyarakat Indonesia dinilai cepat beradaptasi terhadap penerapan ESG.
“Kesadaran penerapan ESG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia bukanlah sekadar upaya untuk memenuhi tuntutan pasar, tetapi juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara tujuan ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan sosial,” ujar Trubus.
Proyeksi positif dan adopsi yang semakin meluas terhadap prinsip ESG mampu memberikan gambaran yang kuat mengenai komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan berkelanjutan dan peningkatan tanggung jawab sosial perusahaan.
BACA JUGA:
Penerapan ESG dapat dilakukan oleh perusahaan dari berbagai sektor, termasuk pertambangan yang seringkali menjadi sorotan karena bersifat ekstraktif. Namun, gerakan pertambangan hijau juga mulai marak dilakukan dan digaungkan.
Di era transisi energi, aspek Environment, Social, dan Governance (ESG) telah menjadi topik hangat untuk melihat upaya adaptasi sebuah perusahaan yang diselaraskan dengan operasional bisnisnya .
Bahkan menurut PricewaterhouseCoopers (PwC) melalui 2022 Global Investor Survey, saat ini ESG menjadi salah salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam menganalisis risiko dari keberlanjutan sebuah perusahaan, khususnya ketika dihadapkan dengan isu-su Sustainable Development Goals (SDGs) dan perubahan iklim.