Bagikan:

JAKARTA — Pertamina Geothermal Energy (PGE) (PGEO) secara konsisten mengembangkan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang sebagai bentuk nyata dalam mempertahankan sejumlah pencapaian yang telah berhasil diraih.

Sebagai area tertua di mana PGE memulai proses eksplorasinya sejak 1974, sampai saat ini PGE menerapkan Operational Excellence yang didukung implementasi Geothermal Integrated Management System di Area Kamojang.

"Pencapaian ini merupakan amanah yang harus terus dipertahankan sekaligus ditingkatkan. Tentunya, kesuksesan yang diraih PGE tidak terlepas dari kerja sama serta dukungan banyak pihak," kata General Manager PGE Area Kamojang, Rahmad Harahap mengutip keterangan tertulis, Jumat, 19 Mei.

Salah satu capaian terbaik Area Kamojang adalah penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Selama 12 tahun berturut-turut, terhitung sejak 2011 hingga 2022, Area Kamojang berhasil menerima penghargaan PROPER Emas.

"Penghargaan PROPER Emas ini kami dapatkan melalui hadirnya program unggulan CSR KANG ELIE (Kamojang Green Living Ecosystem). Melalui program tersebut, kami mencoba menciptakan ekosistem pemberdayaan masyarakat di sekitar secara sustainable sekaligus ramah terhadap lingkungan," jelas Rahmad.

Rahmad juga menambahkan, terdapat Geothermal Information Center (GIC) di Area Kamojang. Tempat ini merupakan pusat informasi dan museum yang dapat menjadi referensi masyarakat maupun sekolah di sekitar Jawa Barat mengenai kegiatan panas bumi.

Pada Area Kamojang ini, Rahmad mengungkapkan, total kapasitas terpasang sebesar 235 megawatt (MW). Jumlah tersebut mampu memasok listrik hingga 260.000 rumah tangga di wilayah sekitar.

"Kemampuan tersebut memiliki potensi mengurangi emisi mencapai 1.222.000 tCO2 per tahun. Selain itu, Area Kamojang ini dapat menghemat cadangan minyak dan gas bumi hingga 11.115 BOEPD," ungkap Rahmad.

Secara total, dari lima unit PLTP di Area Kamojang, terdapat sebanyak 235 megawatt listrik yang disalurkan. Rinciannya adalah PLTP Unit 1 mulai beroperasi pada 1983 menyalurkan uap 30 MW, PLTP Unit 2 dan 3 beroperasi menyalurkan uap masing-masing 55 MW, serta PLTP Unit 4 beroperasi menyalurkan listrik 60 MW. Unit kelima dilakukan pada 2015 dengan menyalurkan listrik sebesar 35 MW.

"Optimalisasi ini yang terus kami lakukan untuk membantu masyarakat," tutup Rahmad.