Literasi Masyarakat terhadap Industri Asuransi Masih Rendah
Chief Financial Officer (CFO) BRI Insurance (BRINS) Sony Harsono WS. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Chief Financial Officer (CFO) BRI Insurance (BRINS) Sony Harsono WS mengatakan indeks literasi masyarakat terhadap industri asuransi khususnya asuransi umum masih sangat rendah.

"Artinya, pemahaman masyarakat mengenai kebutuhan proteksi asuransi itu masih sangat rendah," kata Sony Harsono saat memberi sambutan dalam peresmian Marketing Representative Office (MRO) BRINS Purwokerto, di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dikutip dari Antara, Senin 20 Maret.

Ia mengatakan hal itu terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, dari masyarakat lapisan bawah hingga atas termasuk para pelaku UMKM dan sebagainya.

Selama ini, kata dia, indeks literasi masyarakat yang tergolong bagus ada pada pembiayaan atau perbankan karena pada sektor keuangan tersebut inklusinya juga sudah tinggi.

"Dan memang karena kebutuhannya adalah kebutuhan pembiayaan, sehingga mau enggak mau, pembiayaan, tabungan untuk transaksi, semua berjalan," katanya pula.

Akan tetapi, kata dia lagi, masyarakat seperti pelaku UMKM kadang lupa ketika mendapatkan akses pembiayaan hingga akhirnya bisa sukses, tanpa diduga terjadi bencana atau mengalami kecelakaan dan sebagainya sehingga mengakibatkan usaha yang telah dirintis menjadi habis karena tidak punya proteksi.

"Di sinilah BRINS hadir untuk menjaga itu," katanya lagi.

Terkait dengan hal itu, Sony mengatakan pihaknya pada hari Senin ini meresmikan kantor cabang pembantu atau MRO BRINS di Purwokerto untuk lebih mendekatkan layanan perusahaan asuransi umum tersebut dengan masyarakat.

Dalam hal ini, kata dia, MRO Purwokerto ini dibuka sebagai perluasan dan peningkatan unit kerja lama yang semula setingkat Markerting Channel (MC).

Menurut dia, peningkatan status unit kerja MRO Purwokerto tersebut merupakan bagian dari penerapan strategi bisnis BRINS, baik dalam rangka perluasan distribusi kanal konvensional maupun untuk peningkatan pelayanan kepada seluruh nasabah serta institusi kerja sama utama seperti Bank BRI.

Ia mengakui sebagian tamu undangan pasti bertanya-tanya, karena saat sekarang teknologi digital mengalami perkembangan yang sangat agresif namun kenapa BRINS justru masih membuka kantor cabang pembantu.

"Untuk transformasi digital, kami sudah mengikuti karena sudah suatu keniscayaan kita enggak bisa meninggalkan itu," ujarnya pula.

Oleh karena itu, kata dia lagi, pihaknya juga mengembangkan beberapa aplikasi untuk melayani masyarakat yang butuh produk asuransi secara virtual berupa BRINSmobile yang dapat diakses secara langsung melalui telepon pintar berbasis Android maupun IOS.

Ketika nasabah memerlukan layanan pertanggungan asuransi atau proteksi atas aset yang dimilikinya, kata dia lagi, dapat melakukannya kapan saja dan dimana saja melalui BRINSmobile dan tidak perlu ke kantor BRINS karena semuanya bisa dilakukan sendiri melalui telepon pintar.

"Tapi di dalam perkembangan teknologi ini, kita tidak boleh menafikan bahwa saat ini tidak semua masyarakat sudah memahami tentang gawai. Banyak juga masyarakat yang masih membutuhkan personal touch (sentuhan personal, Red.), sehingga di sinilah kami perlu mendekat kepada para klien," katanya pula.

Dengan demikian, kata dia, BRINS memberikan layanan secara hibrida, yakni layanan berbasis teknologi maupun layanan konvensional.

Dalam kesempatan itu, Sony mengatakan sebelum diambil alih oleh Bank BRI sebagai anak perusahaan pada tahun 2019, produksi BRINS pada tahun 2018 hanya sebesar Rp200 miliar.

"Sekarang, pada tahun 2022 kami sudah mencapai produksi Rp2,6 triliun dengan rata-rata peningkatan produksi itu 15 persen konstan. Labanya sebelum audit tahun 2022 sudah mencapai Rp373 miliar atau rata-rata naik sekitar 30 persen," ujarnya lagi.