JAKARTA - Direktur Eksekutif IESR sekaligus pengamat Energi, Fabby Tumiwa membeberkan 3 faktor utama penyebab rendahnya adopsi kendaraan listrik baik roda dua maupun roda empat di Indonesia.
Berdasarkan data IESR, Fabby menyebut penjualan kendaraan listrik roda dua di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 260 persen sejak awal tahun 2020 sedangkan penjualan kendaraan roda 4 telah mencapai 480 persen di Indonesia. Meski demikian pangsa pasar kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 1 persen dari jumlah kendaraan listrik setiap tahunnya.
"Paling tidak ada 3 faktor utama yang menyebabkan rendahnya adopsi kendaraan listrik. Pertama adalah harga pembelian awal yang sangat mahal," ujarnya saat membuka webinar Indonesia Electric Vehicle Outlook 2023, Selasa 21 Februari.
Fabby menambahkan, faktor kedua adalah kinerja kendaraan listrik yang tidak sebagus kendaraan konvensional dan ketiga adalah minimnya infrastruktur pengisian daya listrik yang tepat khususnya untuk mobil listrik.
Lebih lanjut, kata Fabby, seiring dengan upaya Indonesia dalam memangkas efek gas rumah kaca (GRK) dan menghindari krisis iklim serta memperkuat ketahanan energi, maka adopsi kendaraan listrik harus dinaikkan secara cepat di 2030.
Berdasarkan kajian IESR yang dipublikasikan 2021 yang lalu, lanjut Fabby, agar penurunan GRK selaras dengan Paris Agreement, maka minimal 65 persen motor dan 5 persen mobil harus dielektrifikasi di 2030.
"Hal ini tentunya juga harus dibarengi dengan upaya menurunkan konsumsi BBM lewat upaya efisiensi energi serta peningkatan kualtas BBM dan substitusi ke bahan bakar yang lebih rendah karbon dan polusi," lanjut Fabby.
Fabby melanjutkan, agar adopsi kendaraan listrik semakin meningkat, yang pertama harus dilakukan pemerintah adalah mempercepat pembangunan ekosistem kendaraan listrik dari hulu hingga hilir yang mencakup adanya kebijakan terintegrasi berbasis no regret policy dan pemberian insentif.
BACA JUGA:
"Kedia, pengembangan industri manufaktur baterai dan kendaraan listrik yang kompetitif baik roda dua maupun empat, dan yang ketiga penguatan standar, penyempurnaan standar. Keempat adalah penyediaan infrastruktur pengisian daya untuk roda 4 pengisian daya cepat," beber Fabby.
Kelima, lanjutnya, adalah pembiayaan dan terakhir restrukturisasi sistem ketenagalistrikan dan peningkatan bauran energi terbarukan dari sistem kelistrikan.
"Terakhir ini sangat penting karena penggunaan kendaraan listrik juga selain kurangi konsumsi BBM, dimaksudkan juga untuk mendapatkan manfaat penurunan emisi GRK. Dan apabila bauran EBT dalam sistem kelistrikan kita tetap seperti hari ini maka manfat emisi GRK tidak dapat kita dapatkan," pungkasnya.