Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menargetkan untuk menurunkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) hingga 2,9 persen di tahun 2023.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan untuk menekan NPL, pihaknya akan melakukan perbaikan dalam proses bisnis dari tahun sebelumnya.

"Bisnis risk operation berfungsi optimal tentu hasilnya akan dirasakan di tahun berikutnya di mana kualitas kredit membaik," ujarnya dalam konferensi pers Paparan Kinerja Bank BTN yang dikutip Jumat 17 Februari.

Haru membeberkan, terkait kredit bermasalah yang sudah ada sebelumnya,BTN akan melakukan upaya penyelesaian dengan kembali melakukan restrukturisasi kredit.

Sementara itu bagi kredit bermasalah yang tidak kunjung membaik, pihaknya akan melakukan penjualan aset baik ritel maupun komersial.

"Terhadap kredit yang sudah ada direstrukturisasi dengan adanya upaya tersebut maka NPL sebagian sudah bisa kembali menjadi normal dan performing dan tidak membaik dan kita lakukan penyelesaian penjualan aset dan komersial aset sales untuk aset bermasalah ke pihak ketiga," beber Haru.

Diketahui NPL Gross Bank BTN tercatat sebesar 3,38 persen pada tahun 2022. Sementara itu rasio pencadangan (coverage ratio) Bank BTN pun tetap naik sebesar 1.383 bps yoy menjadi 155,65 persen dan Rasio kecukupan modal (CAR) Bank BTN mencapai sebesar 16,13 persen atau naik 233 bps per 31 Desember 2022.

"Kita upayakan bisa 2,9 persen. Pokoknya 3 lah maksimum," pungkas Haru.

Asal tahu saja, laporan keuangan perseroan mencatat kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53 persen yoy dari Rp274,83 triliun menjadi Rp298,28 triliun per 31 Desember 2022.

Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis Bank BTN. Secara total, KPR di Bank BTN tumbuh 9,23 persen yoy menjadi Rp233,68 triliun per 31 Desember 2022. Di segmen ini, KPR Subsidi tumbuh 11,61 persen yoy menjadi Rp145,86 triliun pada akhir 2022. Dengan kinerja tersebut, Bank BTN tercatat masih memimpin pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 83 persen.