Kementerian ESDM Harap Bali Compact Warnai Pelaksanaan Transisi Energi Negara G20
Menteri ESDM Arifin Tasrif. (Foto: Dok. Antara/Kementerian ESDM)

Bagikan:

JAKARTA - Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (Compact) yang telah disepakati dalam Forum Transisi Energi G20 awal September lalu, bisa menjadi warisan dari Indonesia kepada G20.

Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, ke depan nanti Bali Compact akan menjadi tonggak transisi energi dunia, dan Indonesia meninggalkan legacy yang berharga untuk mencapai net zero emission secara global.

"Prinsip-prinsip yang ada pada Bali Compact ini akan menjadi legacy, dan harapan kami akan bisa mewarnai semua pelaksanaan transisi energi di negara-negara G20," ujar Yudo dalam keterangannya, Rabu 9 November.

Lebih lanjut, Yudo menuturkan bahwa bukan suatu hal yang mustahil apabila prinsip-prinsip yang ada di Bali Compact bisa dimanfaatkan oleh negara-negara di luar G20, karena Bali Compact sifatnya high level dan mendapatkan berbagai masukan dari berbagai keinginan negara-negara anggota G20 sehingga bisa dikerucutkan dan disepakati bersama.

"Banyak negara anggota G20 berpendapat ini goes beyond G20, ini bisa diterapkan di luar negara G20," sambungnya.

Bali compact, papar Yudo, adalah sesuatu yang ditawarkan oleh Indonesia dalam forum transisi energi G20, dimana setiap negara anggota G20 sudah memiliki rencana dan memulai untuk mencapai target net zero emission masing-masing.

Sehingga muncul ide-ide yang berisikan prinsip-prinsip untuk melaksanakan dan mempercepat NZE, yang kemudian didiskusikan hingga akhirnya tercapai konsensus oleh negara anggota G20 yang kemudian dinamakan Bali Compact.

"Bali compact berisi sembilan prinsip utama percepatan transisi energi dengan mempertimbangkan benefit kepada semua pihak dan tanpa no one left behind, semua sepakat bahwa dalam melaksanakan transisi energi tanpa ada yang tertinggal," pungkas Yudo.