JAKARTA - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) terus mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs melalui unit bisnisnya yang menyediakan solusi pengelolaan limbah dan sampah yang berkelanjutan bagi sektor industri dan pemerintah daerah, Nathabumi.
Unit bisnis itu memiliki fasilitas pemusnah Bahan Perusak Ozon (BPO) pertama di Asia Tenggara.
Corporate Secretary SIG Vita Mahreyni mengatakan, Nathabumi menerima limbah Bahan Perusak Ozon (BPO) dalam bentuk cair maupun gas yang kemudian akan dimusnahkan dalam tanur semen dengan suhu hingga 1.500 derajat celcius secara stabil.
"Nathabumi telah membantu lebih dari 600 perusahaan di Indonesia untuk mengelola limbah dan berkontribusi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Kolaborasi ini akan terus ditingkatkan sebagai upaya bersama menjaga bumi dan melindungi lapisan ozon," ujar Vita dalam keterangan dikutip Antara, Selasa 20 September.
Vita menyampaikan, proses pemusnahan BPO oleh Nathabumi dilakukan dengan teknologi yang aman dan ramah lingkungan serta disetujui oleh Protokol Montreal.
Terhitung sejak 2007 hingga 2022, Nathabumi telah memusnahkan 100.15 ton BPO yang dapat merusak lapisan ozon atau telah membantu mencegah pelepasan gas rumah kaca setara 215.961 ton CO2e.
"Melalui fasilitas pemusnah BPO yang dioperasikan Nathabumi, perseroan turut ambil peran dalam upaya perlindungan lapisan ozon dan meminimalkan dampak pemanasan global demi menciptakan kehidupan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang," ujar Vita.
BACA JUGA:
Nathabumi sendiri memberikan layanan analisa limbah dan sampah, pengemasan dan transportasi limbah, persiapan dan co-processing limbah, pemanfaatan limbah, pelatihan pengelolaan limbah serta jasa pemetaan dan konsultasi mengenai limbah.
Tersertifikasi untuk menangani limbah B3 dalam bentuk cair, padat maupun gas dengan metode co-processing, Nathabumi memanfaatkan suhu tinggi dalam tanur semen untuk memusnahkan limbah tanpa menyisakan residu apa pun.
Menipisnya lapisan ozon memang menyebabkan meningkatnya radiasi ultraviolet matahari terutama UV-B yang mampu mencapai permukaan bumi. Dari data dan pengamatan kondisi ozon di atmosfer, kondisi lubang pada lapisan ozon makin membesar dan sangat memprihatinkan.
Laporan ilmuwan Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus Uni Eropa pada September 2021 mengatakan, lubang ozon yang terbentuk setiap tahun di wilayah kutub Selatan kini sudah lebih besar dari Antartika.
Salah satu faktor utama yang membahayakan lapisan ozon adalah Bahan Perusak Ozon (BPO) yang disebabkan pelepasan refrigerant ke udara dari peralatan seperti pendingin udara.
Upaya pengelolaan lingkungan kini semakin mendesak. Pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha bersama sama saling bahu-membahu menghadapi persoalan tersebut.