Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir menyindir para pengusaha yang selama ini memanfaatkan menguasai kebun kelapa sawit di untuk tidak menjadi orang asing di Indonesia. Pernyataan tersebut menyikapi permasalahan minyak goreng yang terjadi belakangan ini.

Erick menjelaskan bahwa BUMN dalam hal ini PTPN hanya mempunyai 4 persen luas lahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Sehingga tak cukup kuat untuk mengontrol harga pasar.

"Lalu dengan bersama menampung dari petani mungkin jadi 7 persen, sehingga sisanya itu mayoritas di swasta," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu, 10 April.

Karena itu, Erick mengatakan bahwa sejak awal dirinya mengetuk pintu hati perusahaan swasta khususnya yang memproduksi minyak goreng untuk bekerja sama menyelesaikan masalah minyak goreng yang terjadi di masyarakat.

"Kalau BUMN saja yang hanya punya 4 persen melakukan perubahan seperempat dari produksinya, yang mana tadinya kita tidak produksi minyak goreng, dan sekarang kita lakukan seperempat dari produksinya untuk rakyat," tuturnya.

Erick juga mengingatkan swasta untuk berkomitmen penuh dalam memberi minyak goreng kepada rakyat. Ia

menegaskan, pihak swasta sebagai produsen minyak goreng terbesar di Indonesia seharusnya ikut

bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah minyak goreng.

Apalagi, para pengusaha kelapa sawit besar memiliki perkebunan yang secara hukum berada di atas lahan negara melalui skema hak guna usaha (HGU).

"Karena itu, sejak awal dari beberapa bulan yang lalu saya mengetuk pintu hati swasta," ucapnya.

Erick juga mengajak pihak swasta untuk bersama-sama dengan BUMN, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah minyak goreng di Tanah Air yang terjadi sejak akhir 2021.

"Saya rasa Pak Presiden sudah mengambil kebijakan, begitu juga dengan Pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian), Pak Mendag (Menteri Perdagangan). Tinggal kembali ke hatinya kita lagi mau engga kita melakukan kebersamaan ini, ayo kembali kita gotong royong," ujarnya.