JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Golkar, Emanuel Melkiades Laka Lena, mendukung kewajiban tes PCR bagi penumpang pesawat yang akan melakukan perjalanan.
Pandangan ini berbeda dengan anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS dan Fraksi PKB yang menolak terbitnya Instruksi Menteri Dalam (Inmendagri) 53/2021 tentang PPKM Level 3, 2, dan 1 di Jawa dan Bali agar semua penumpang pesawat wajib tes PCR 2x24 jam sebelum keberangkatan.
"Terkait dengan inmendagri, kita ambil sisi positifnya. Kita menyaksikan sendiri ketika kita membuka proses dan aktifitas di ruang publik itu tidak bisa dihindari bahwa potensi penularan pasti terjadi di mana saja, di fasilitas publik, di sekolah atau transportasi darat laut udara atau di tempat lain," ujar Melki saat jumpa pers di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Jumat, 22 Oktober.
Menurutnya, bak sedia payung sebelum hujan seiring mulai masifnya masyarakat berpergian, pemerintah mengantisipasi Klaster baru penularan COVID-19 dengan wajib membawa hasil tes PCR sebelum melakukan penerbangan.
"Kalau kita lihat sekarang adalah ketika orang bergerak sudah punya mekanisme yang namanya platform PeduliLindungi tersebut, sejauh sebenarnya itu terjadi kita masih bisa mengakses seseorang. Tapi dia bergerak dengan konteks bergerak jauh, apalagi ini ketempat-tempat terbang. Saya kira ini harus dipakai karena PCR swab harus kita pakai pola itu, lebih baik mencegah daripada mengobati," jelas pimpinan komisi kesehatan di DPR itu.
Legislator NTT itu menegaskan, bahwa lebih baik mencegah ada potensi munculnya klaster daripada terlanjur terinfeksi positif COVID-19. "Daripada sakit, itu lebih ribet," tegas Melki.
BACA JUGA:
Karenanya, Melki memahami, dalam konteks keputusan Inmendagri tersebut adalah untuk mencegah agar orang-orang yang berpotensi terkena COVID-19 pada aktifitas publik.
"Justru jadi pertanyaan kita adalah di luar Inmendagri tersebut kita masih memikirkan dengan pola transportasi yang lain, laut dan juga darat. Plus tempat pertemuan lain seperti sekolah dan lainnya. Masih ada upaya untuk kita secara periodik seminggu sekali atau dua kali di kantor, di sekolah mesti ada swab atau antigen itu acak. Ini musti kita pikirkan bersama," kata Melki.
"Jangan kita melihat situasi ini, kita anggap selesai. Karena lebih baik mencegah daripada mengobati, lebih baik kita mendeteksi awal daripada dia sudah melihat lagi seperti kasus Delta kemarin," sambungnya.