Sekretaris PP Muhammadiyah Bicara di Depan Paus Fransiskus Tentang Kerusakan Alam dan Peran Manusia
Foto via laman resmi Muhammadiyah

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti bikin bangga Indonesia. Dia menjadi satu dari 19 tokoh dunia yang hadir membahas peran agama dan pendidikan dalam upaya membentuk masa depan perdamaian umat manusia di hadapan pemimpin Katolik dunia Pope Francis dan mufti agung Al-Azhar Syaikh Ahmad al-Tayyeb dan tokoh dunia lainnya.

Abdul Mu’ti menegaskan, kerusakan alam, apapun sebabnya, adalah tanggung jawab semua manusia.

"Dalam ajaran Islam, manusia adalah khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan dunia yang sejahtera dan aman. Tingkah laku manusia terhadap alam merupakan pembeda dari kualitas kesalehan. Orang percaya sejati memperlakukan alam dengan perlakuan terbaik. Sebaliknya, pengkhianatan dan kiamat terus menerus merusak alam karena ketidaktaatan kepada Tuhan," beber Mu’ti dalam forum yang bertajuk Religions and Education: Toward a Global Compact on Education, Selasa 5 Oktober.

Pada konteks ini, Mu’ti menjelaskan kepada para tokoh dunia bahwa Muhammadiyah bergerak progresif. Pertama, Muhammadiyah memasukkan isu alam sebagai salah satu program prioritas dalam Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015.

“Dalam hal ini, Muhammadiyah memiliki lima program. Pertama, menerbitkan setidaknya dua buku yaitu Fikih Air dan Fikih Lingkungan. Buku-buku ini menguraikan teologi Islam, hukum, dan tanggung jawab atas air dan alam. Kedua, mengorganisir gerakan lokal untuk menyelamatkan alam melalui sedekah sampah. Ketiga, mendidik masyarakat untuk lebih peka, peduli, ramah, dan konstruktif terhadap lingkungan,” jelas Mu’ti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.

“Keempat, bergabung advokasi publik untuk pelestarian alam dan lingkungan melalui undang-undang khususnya yang berkaitan dengan pertambangan, deforestasi, dan pemukiman yang dalam konteks Indonesia telah menjadi penyebab utama masalah alam dan lingkungan. Kelima, Muhammadiyah mendorong eksplorasi sumber energi alternatif seperti matahari, gelombang, dan angin untuk mengurangi dan menghemat konsumsi energi bahan bakar fosil,” imbuhnya.

Abdul Mu’ti kemudian juga menjelaskan bahwa Muhammadiyah telah mengembangkan kemitraan dengan berbagai organisasi nasional dan internasional. Misalnya dengan International Network of Engaged Buddhism (INEB), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, dan organisasi lainnya.

“Muhammadiyah menghimbau tanggung jawab global, tindakan, dan kerjasama untuk menyelamatkan dan memelihara alam untuk kelangsungan bumi, kemakmuran, dan keberlanjutan dunia,” pungkas Mu’ti.