JAKARTA - Polres Metro Jakarta Selatan mengungkap peredaran narkoba jenis sabu berwarna merah, pada Senin, 15 Juni. Pasangan suami istri berinisial YSR dan AR merupakan pengedar sabu merah itu.
Dari lokasi penangkapan di salah satu kamar kos kawasan Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tiga paket sabu merah dengan berat 49,1 gram disita untuk dijadikan barang bukti.
Tak hanya warna merah, sabu berwarna hijau juga beredar di Indonesia. Hal ini terbukti dengan pengungkapan yang dilakukan Polres Mojokerto. Sebanyak 80 gram sabu hijau disita dari pengedar dan bandar.
Bahkan, sabu berwarna hijau dibandrol dengan harga lebih tinggi dari biasanya. Untuk per gram, sabu hijau ini dibanderol Rp1,5 juta. Sedangkan, sabu biasa hanya Rp1,2 juta.
Karo Humas Badan Narkotika Nasional (BNN), Brigjen Sulistyo Pudjo mengatakan, tidak ada perbedaan yang besar antara sabu berwana dengan sabu pada umumnya. Sejauh ini, satu-satunya perbedaan yang mencolok adalah warna.
"(Perbedaan, red) hanya perwarnaan saja," kata Pudjo kepada VOI, Rabu, 17 Juni.
Kata Pudjo, warna bukan yang terpenting. Melainkan kandungan dan komposisi pada narkoba tersebut. Sebab, hal itu yang menjadi tolok ukur utama terkait efek dan daya rusak ketika dikonsumsi.
"Isi dan komposisi kemurniannya yang penting," tegasnya.
BACA JUGA:
Dugaan sebagai modus penyelundupan
Terpisah, Kepala BNNP DKI Jakarta Brigjen Tagam Sinaga mengatakan, sabu berwana ini diduga hanya sebagai modus penyelundupan. Sebab, dengan mewarnai barang terlarang itu diharapkan bisa mengelabui petugas.
"Mungkin dibuat warna lain supaya atau dengan mengelabui petugas," kata Tagam.
Namun, dia belum bisa komentar jauh mengenai warna lain pada sabu. "Harus dibuktikan secara ilmiah melalui pemeriksaan laboratorium," singkat Tagam.
Kualitas terbaik
Melansir kompas.com, peredaran sabu merah ternyata sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu atau tepatnya pada 2013 silam. Sabu berwana disebut berkualitas terbaik jika dibandingkan dengan lainnya.
Kombes Nugroho Aji yang kala itu merupakan Direktur (Ditresnarkoba) Polda Metro Jaya mengatakan, narkotika jenis sabu dibagi menjadi tiga macam. Pembagian itu berdasarkan warna pada sabu tersebut yang mencerminkan hasil pemurnian ekstrak bahan prekusornya.
Tiga jenis sabu tersebut, yakni, putih atau disebut ice, sabu kuning atau yellow ice, dan sabu biru atau blue ice. Pada ketiga jenis sabu itu, warna biru yang memiliki kualitas terbaik.
"Blue ice adalah sabu-sabu yang paling mahal dibanding dua lainnya. Sabu-sabu biru dianggap kualitasnya lebih baik dibanding lainnya dan dianggap lebih enak oleh pemakainya," kata Nugroho, Minggu, 1 Desember 2013.
Namun, seiring berjalannya waktu, sabu merah pun muncul. Bahkan, kualitasnya dikatakan berada jauh di atas sabu biru atau blue ice. Keberadaan atau peredaan sabu merah juga tergolong langka karena harga yang lebih mahal dan proses produksi yang dilakukan secara terbatas.
Sabu merah mulai berdar dalam beberapa tahun terakhir. Pada awalnya, sabu merah ditemukan di China dan negara amerika selatan atau latin.
"Dan kini nyatanya mulai masuk ke Indonesia dan untungnya berhasil kita ungkap dan dihentikan peredarannya," kata Nugroho.