Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan groundbreaking  (peletakan batu pertama) pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik skala perkotaan di Krukut, Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, kemarin, Minggu, 7 Desember. 

Bukan sembarang olah air limbah. Anies mengklaim IPAL Krukut ini bakal jadi sarana belajar. Dengan penentuan lokasi di sekitar pusat Jakarta, Anies ingin masyarakat maupun pelajar DKI mudah belajar pengelolaan air limbah. 

"Nanti ada jalur dan tempat yang dibuka untuk umum, sehingga mereka bisa menyaksikan proses (pengolahan air limbah). Bukan hanya proses di dalam instalasi, fasilitas yang disiapkan untuk mengolah kembali ke alam, yang nanti bisa dipakai menyiram dan flushing toilet," tutur Anies.

Menurut dia, banyak orang tidak menjadikan limbah sebagai urusan yang harus dikerjakan dengan benar. Banyak orang luput soal baik-buruknya pengolahan air limbah. Padahal, akan muncul dampak bagi lingkungan jika air limbah tersebut makin tercemar. 

Akan jadi persoalan yang tidak sederhana jika air limbah tercemar di perkotaan. Karenanya, perlu ada pengolahan tersendiri untuk mengelola air limbah menjadi air bersih kembali. 

"Jadi, tentu (pengolahan air limbah) di Jakarta sangat penting karena ketersediaan lahan sangat terbatas. Dengan kita memperkenalkan teknologi baru ini, mudah-mudahan bisa dijadikan contoh kota-kota lain di Indoesia," ucap dia. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan groundbreaking  pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Krukut (Dok. Pemprov DKI)

Wajar Anies percaya diri sebut IPAL baru ini sebagai referensi pengolahan limbah di kota lain. Sistem pengolahan ini berteknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR), yakni reaktor yang membentuk lapisan filter pembersih untuk air limbah. Teknologi MBBR berkapasitas 250 liter per detik.

Fasilitas ini merupakan keberlanjutan pengoperasian IPAL modern yang sudah dimulai sejak Januari 2019. Sebelumnya, Pemprov DKI menggunakan teknik konvensional dan bergabung dengan pengendali banjir.

Namun, ada kelemahan dari teknik konvensional. Teknik. Ini memerlukan tempat yang luas, sehingga kurang efisien untuk digerakkan di kota padat seperti Jakarta. 

Jika menggunakan lahan yang kapasitasnya sama dengan teknologi konvensional, teknologi MBBR ini hanya memerlukan 2000 meter persegi dari lahan 4 hektar pada teknik konvensional. 

Pembangunan fasilitas IPAL Krukut ini akan berlangsung selama 18 bulan dan selesai pada 2021. Namun, tak selesai sampai di situ. Anies bilang, pengolahan air limbah di Ibu Kota tidak bisa selesai selama beberapa tahun saja meski telah menggunakan teknologi baru.

"Kita mulai dari dan sampai 2030 saja itu baru selesai 84 persen, kalau mau 100 persen baru selesai 2033 untuk menggambarkan bahwa ini memang kegiatan jangka panjang," kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut. 

Menambahkan, Direktur Utama PD PAL Jaya Subekti bilang, fasilitas IPAL ini dapat mewujudkan Proyek Strategis Nasional, melestarikan lingkungan hidup, meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai sarana edukasi dan hiburan pada pengolahan air limbah di Jakarta.

Sesuai dengan masterplan, ada lima zona yang konstruksinya akan dimulai tahun depan. Antara lain, zona Menteng sampai Pluit, Slipi sampai Duri Kosambi, Muara Angke, Sunter, dan Marunda. 

"Lima zona ini merupakan sejarah baru bagi Jakarta karena kontruksinya memakan waktu yang lama minimal lima tahun jadi dimulai tahun depan nanti selesainya lima tahun ke depan lagi," kata Subekti.