JAKARTA - DKI Jakarta membutuhkan 7.000 tambahan tenaga kesehatan (nakes) untuk membantu menangani pandemi dan merawat pasien COVID-19 di Ibu Kota.
Namun, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut Kementerian Kesehatan baru bisa menyanggupi penambahan 3.000 orang.
"Penambahanan nakes sudah kita bahas. Kemarin, Pak Menko (luhut Binsar Pandjaitan) menyampaikan kemenkes sudah menyiapkan tidak kurang 3.000 yang sudah disiapkan," kata Riza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu, 14 Juli.
Kata Riza, ribuan tenaga kesehatan ini dibutuhkan untuk menangani pasien COVID-19 di rumah sakit rujukan, seiring dengan penambahan kapasitas tempat tidur dan ruang ICU, hingga tenaga yang melayani vaksinasi.
Terlebih, saat ini angka kasus COVID-19 di Jakarta belum mengalami penurunan. Selain penularan yang masih tinggi, banyaknya kasus di Ibu Kota disebabkan angka testing yang masif.
"Memang ada peningkatan kasus positif hari ini, 12.667 kasus. Tapi, setelah diteliti, angka ini disebabkan karena tes PCR yang tinggi. Pekan terakhir mencapai 211.920. Itu artinya sudah 21 kali lebih besar dari standar yang diminta WHO," jelas Riza.
BACA JUGA:
Bahkan, kata dia, Jakarta memberikan kontribusi 31,8 dari akumulasi angka testing nasional. Riza bilang, Pemprov DKI ingin menyelesaikan penanganan pandemi dengan identifikasi kasus yang cepat agar penularan virus bisa ditekan.
"Jadi, memang konsen dan strategi di DKI Jakarta ingin menyelesaikan masalah dengan mengetahui identitas daripada masalah itu, titik-titik penyebarannya. Identifikasi masalahnya dengan cara testing," tutur Riza.
"Semakin banyak testing, semakin mengetahui kita di mana titik-titik penyebaran. Kita melakukan contact tracing dan pada akhirnya kita melaksanakan treatment. Inilah cara yang paling baik sesuai standar yang diminta WHO," lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut saat ini pemerintah memerlukan penambahan hingga puluhan ribu tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat untuk menangani pasien COVID-19 yang terus bertambah.
"Kita memerlukan tambahan perawat dan juga dokter. Kita sudah mengidentifikasi ada kebutuhan antar 16-20 ribu perawat. Mengenai dokter, kita juga melihat ada gap sekitar 3 ribuan dokter," kata Budi pada Senin, 12 Juli.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, Kemenkes mulai melirik tenaga perawat yang masih di tingkat akhir namun telah selesai belajar dan lulus uji kompetensi.
"Atas instruksi bapak presiden, kami akan bicara dengan pak menteri pendidikan bagaimana bisa menggerakkan perawat-perawat ini lebih cepat masuk ke praktik," ungkap Budi.
Sementara untuk pemenuhan kebutuhan dokter, Budi melihat ada lebih dari 3 ribu dokter magang yang saat ini praktik di rumah sakit dan hampir lulus.
"Kita juga melihat dokter-dokter yang akan selesai Intenshipnya di tahun ini ada sekitar 3.900 jadi kita juga sudah mempersiapkan dokter-dokter tersebut yang baru lulus internship untuk segera masuk," jelasnya.