Bagikan:

JAKARTA - Petugas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur seharusnya membaca utas dari akun Twitter LIPI dulu sebelum mengevakuasi sarang tawon di Pulogadung. Seharusnya para petugas, tidak menggunakan  teknik pembakaran untuk mengevakuasi sarang tawon ndas (Vespa affinis).

Utas itu dibuat @lipiindonesia pada 30 November lalu. Bukan untuk mengomentari aksi yang dilakukan para petugas Damkar. Namun bisa menjadi rujukan buat petugas lain kala melakukan aksi serupa.

Dalam utas tersebut, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi memberi tips bagaimana cara memindahkan sarang tawon ndas agar tidak membahayakan manusia. Tegas dia bilang, opsi memberi asap, jangan pernah diambil.

"Jangan diasapi karena tawon justru akan kabur," kata Dr Cahyo.

Pemindahan sarang tawon ndas sebaiknya dilakukan saat malam hari. Hasil penelitian mereka, tawon ndas dianggap lebih agresif saat siang. Tim yang bertugas juga wajib mengenakan pakaian khusus untuk menghindari potensi sengatan tawon.

Caranya, si sarang itu dibungkus dulu dengan kantong plastik tebal dan kuat. Lalu disemprot cairan etil asetat agar tawon pingsan.

Bukan apa-apa, kerumunan tawon ndas yang didominasi tawon betina, memang sangat agresif memburu mangsa dengan sengatnya. Tawon betina bertugas mencari pakan dengan memangsa berbagai jenis serangga yang biasanya masih larva. Tawon betina ini banyak ditemukan berkerumun di tempat sampah mencari larva lalat.

"Tawon jantan menjaga sarang dan mengawini ratu. Tapi sial, setelah kawin dengan ratu, dia harus merelakan nyawanya melayang untuk kelangsungan koloni," kata Cahyo.

Apa yang terjadi?

Damkar Jakarta Timur baru saja berhasil memindahkan sarang tawon di atas dahan pohon setinggi enam meter di Jalan Palad Bulak Baru RT05 RW03 Kelurahan Pulogadung, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Ukuran sarang tawon jenis "vespa affilis" itu terbilang lumayan besar, sekitar bola sepak.

Awalnya petugas akan menyiram si sarang dengan semprotan air. Namun ketinggian dahan bikin opsi itu urung dilaksanakan. Akhirnya mereka memutuskan menggunakan teknik pembakaran.

"Dahannya tidak memungkinkan untuk kita panjat, jadi metode penanganannya menggunakan pembakaran," kata  kata Kepala Seksi Damkar Jakarta Timur, Gatot Sulaeman.

SOP-nya, petugas tetap menggunakan pakaian pelindung kebakaran. Namun bedanya, baju itu dilumuri dengan cairan pestisida untuk menghindari sengatan tawon.

Satu petugas lainnya mempersiapkan alat bakar menggunakan gas elpiji 3 kilogram yang dirakit dengan selang dan alat semprot. Teknik tersebut dinamakan pelontar api yang diarahkan menuju sarang tawon untuk dibakar hingga lepas dari dahan.

"Teknik ini relatif lebih cepat dan simpel. Petugas membutuhkan waktu sekitar 10 menit hingga sarang tawon hangus terbakar," katanya.