Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah melalui Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap alasan tidak adanya susu dalam menu makan bergizi gratis (MBG) di Jakarta. Menurutnya, susu hanya diberikan di daerah yang memiliki peternakan sapi perah, sedangkan wilayah tanpa peternakan tersebut akan diberikan sumber protein dan kalsium alternatif seperti daun kelor, ikan, atau telur.  

"Sudah saya jelaskan, susu akan menjadi bagian makanan bergizi untuk wilayah-wilayah di mana sapi perahnya ada," ujar Dadan di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Senin, 9 Januari.  

Ia menambahkan bahwa protein dari susu bisa digantikan dengan bahan lain yang bernilai gizi serupa untuk daerah-daerah tanpa sapi perah. "Misalnya dengan ikan, telur, dan lain-lain. Dan sumber kalsium lainnya termasuk seperti yang sudah saya sebutkan, kelor ya," jelasnya.  

Meski begitu, Dadan menyebut pemerintah terus mendorong agar setiap daerah memiliki peternakan sapi perah. Tujuannya adalah memberdayakan sumber daya lokal, bukan meningkatkan impor.  

"Kami tidak ingin program ini menjadi bagian dari peningkatan impor, tetapi ingin memberdayakan sumber daya lokal," tegasnya.  

Untuk daerah yang memiliki peternakan sapi perah, susu akan disajikan minimal tiga kali seminggu. Namun, untuk daerah yang tidak memilikinya, menu bergizi akan tetap diberikan dengan bahan pengganti yang setara nilai gizinya.  

Pelaksanaan program MBG secara serentak telah dimulai. Namun, pada hari pertama pendistribusian MBG di sekolah-sekolah Jakarta, susu tidak termasuk dalam menu.  

Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono menjelaskan bahwa ketiadaan susu pada hari pertama disebabkan oleh keterbatasan stok. "Untuk susu, direncanakan seminggu dua hingga tiga kali. Jadi, memang tidak setiap hari," ujar Agus saat meninjau pelaksanaan MBG di SD Barunawati II, Jakarta Barat, Senin, 6 Januari.  

Pada hari pertama, menu yang disajikan meliputi nasi, ayam teriyaki, tahu goreng, tumis kacang panjang, dan buah jeruk. Program MBG di Jakarta diharapkan dapat meningkatkan asupan gizi anak-anak secara merata.