Bagikan:

BANTUL - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut 11 sapi milik peternak daerah ini dilaporkan mati akibat terkena penyakit mulut dan kuku (PMK).

"Ternak yang mati karena PMK ada sebelas sapi, kemudian yang sakit dan sekarang ditangani oleh teman-teman dari petugas kesehatan hewan ada 94 sapi," kata Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo saat dikonfirmasi di Bantul, Antara, Jumat, 3 Januari. 

Ternak yang mati semuanya jenis sapi Si Metal. Sedangkan sebaran serangan PMK terhadap ternak yang muncul sejak beberapa waktu lalu tersebut, terjadi di wilayah Bantul, terutama daerah selatan.

"Sebarannya terutama di daerah selatan yang agak banyak, seperti di wilayah Kecamatan Kretek, Bambanglipuro, Pundong, namun hampir merata. Tetapi semoga saja tidak menjalar ke mana-mana," katanya.

Sebagai langkah penanganan kemunculan penyakit PMK hingga menyebabkan kematian ternak tersebut, DKPP menggencarkan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) terkait PMK agar peternak selalu menjaga kebersihan kandang.

Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul telah mengeluarkan surat edaran tentang kesiapsiagaan terhadap peningkatan kasus penyakit hewan menular strategis (PHMS) yang ditujukan kepada para camat dan lurah se-Kabupaten Bantul.

"Kita melaksanakan KIE, juga sudah buat surat edaran kepada camat, lurah agar disampaikan ke warga masyarakat terutama peternak, tapi masyarakat jangan takut itu bukan zoonosis, tapi ada langkah langkah pertama desinfektan, kemudian jaga kebersihan kandang, dan pakan yang baik," katanya.

Pihaknya berharap, para peternak sapi ketika membeli ternak baru jangan langsung dicampur dengan ternak lama yang kondisinya sehat, melainkan dikarantina terlebih dulu untuk memastikan tidak ada potensi penularan apabila sapi itu terkena PMK.

"Seandainya membeli ternak baru, jangan segera dicampur, namun diisolasi dulu, dipisah dengan yang lama sebagai antisipasi tidak terjadi penularan," katanya.