Bagikan:

JAKARTA - Selain memastikan keselamatan masyarakat dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Ketua DPR Puan Maharani meminta Pemerintah memperhatikan aspek pendidikan anak-anak pengungsi. Puan juga menyoroti tentang sektor pariwisata mengingat lokasi gunung berada di dekat daerah-daerah pariwisata seperti Labuan Bajo yang berada di Manggarai Barat, NTT.

“Dalam kondisi bencana, anak-anak dan perempuan masuk ke dalam kelompok rentan yang harus diperhatikan. Maka penting sekali agar Pemerintah memberi perhatian lebih, terutama agar anak-anak yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki tetap bisa belajar,” kata Puan, Kamis 14 November.

Ada 42 sekolah dan sekitar 4.600 siswa terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Untuk membantu para warga, sebanyak 11 satuan pendidikan dijadikan lokasi pengungsian, tepatnya di wilayah Kecamatan Titehena.

Hal ini mengakibatkan 1.189 siswa dan 108 guru di sekolah tersebut terganggu layanan pendidikannya. Untuk itu, Puan mendorong Pemerintah membuat alternatif tempat belajar siswa yang sekolahnya dijadikan tempat pengungsian.

Pemerintah Flores Timur sendiri telah menyatakan seluruh sekolah di wilayahnya harus menerima para siswa pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Khususnya bagi sekolah-sekolah yang tidak terlalu terdampak erupsi.

“Maksimalkan juga dengan menyiapkan kelas atau sekolah-sekolah darurat di pengungsian, termasuk tersedianya tenaga pendidik untuk membantu anak-anak di sana tetap bisa sekolah agar tidak ketinggalan pelajaran,” sebut Puan.

Meski begitu, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini mengingatkan agar anak-anak yang terdampak bencana erupsi tidak dibebankan dengan hal administrasi seperti seragam sekolah. Menurut Puan, yang paling terpenting adalah agar anak-anak tetap bisa belajar.

"Dalam situasi seperti ini sekolah darurat sangat diperlukan, tapi saya minta kesampingkan dahulu perihal administrasi yang mempersulit," tegas mantan Menko PMK itu.

Untuk menunjang pembelajaran anak-anak korban erupsi, Puan meminta Pemerintah melengkapi fasilitas bantuan dengan penyediaan alat belajar dasar seperti buku, pensil, buku gambar, alat mewarnai dan kebutuhan penunjang aktivitas belajar. Ia juga menilai pembelajaran bisa dikolaborasikan dengan langkah-langkah trauma healing bagi anak korban bencana.

"Bantuan berupa alat-alat tulis dan perlengkapan belajar lainnya dibutuhkan agar anak-anak bisa tetap mendapatkan hak belajar meski di pengungsian," ujar Puan.

“Pembelajan juga sekaligus bisa dilakukan bersamaan dengan kegiatan trauma healing bagi anak-anak, misalnya melalui hiburan edukatif yang membuat anak-anak tetap semangat meski dalam kondisi sulit,” sambungnya.

Di sisi lain, Puan menekankan pentingnya Pemerintah memberi bantuan evakuasi bagi wisatawan-wisatawan yang terjebak di daerah-daerah terdampak. Diketahui, ada cukup banyak wisatawan yang mengeluhkan sulitnya akses keluar dari daerah terdampak, seperti Labuan Bajo, karena penerbangan dibatalkan.

“Pemerintah perlu bekerja sama dengan pihak-pihak terkait membantu wisatawan yang hendak keluar dari wilayah terdampak. Siapkan kapal-kapal untuk mengangkut para wisatawan karena saat ini jalur laut yang masih memungkinkan,” ungkap Puan.

Labuan Bajo sendiri sebagai destinasi wisata unggulan di NTT turut terdampak karena sebaran abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sampai ke wilayah tersebut. Sebanyak 3.292 orang yang didominasi wisatawan dievakuasi dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, menggunakan transportasi laut.

Para wisatawan ini sebelumnya 'terjebak' di sana karena penutupan Bandara Komodo yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT. Puan meminta Pemerintah terus menyisir daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata untuk memastikan keselamatan wisatawan dan segera mengevakuasi bila mereka masih terjebak.

"Pemerintah harus memastikan turis asing maupun lokal bisa dievakuasi secepat mungkin dari lokasi wisata, khususnya dari Labuan Bajo. Pastikan mereka bisa kembali ke tempat asalnya dalam keadaan aman,” pesan cucu Bung Karno tersebut.

Menurut Puan, perhatian pada sektor wisata sangat dibutuhkan karena wilayah NTT dan sekitarnya banyak memiliki destinasi wisata.

“Banyak masyarakat di sana yang menggantungkan nasib dari sektor pariwisata, sehingga pentingnya dilakukan upaya perbaikan dengan secepat mungkin agar kerugian ekonomi masyarakat tidak semakin besar,” tuturnya.

“Keamanan warga harus menjadi prioritas, tapi perbaikan infrastruktur perekonomian masyarakat juga tidak kalah penting karena ini menyangkut roda perekonomian rakyat,” pungkas Puan.