Bagikan:

JAKARTA  - Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem mengatakan kelompoknya telah mengadopsi "perhitungan baru" untuk menimbulkan ‘kesakitan’ bagi Israel.

Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Hizbullah yang didukung Iran pada 23 September dengan tujuan memungkinkan penduduk Israel utara untuk kembali ke rumah mereka yang terpaksa dievakuasi selama setahun akibat serangan roket lintas batas dari Lebanon.

“Solusinya adalah gencatan senjata, kami tidak berbicara dari posisi yang lemah,” kata Qassem dilansir Reuters, Selasa, 15 Oktober.

“Jika Israel tidak menginginkan hal itu, kami akan melanjutkannya (serangan),” sambungnya dalam pidato yang disiarkan.

Qassem mengatakan penduduk Israel utara akan dapat kembali ke rumah mereka setelah kesepakatan gencatan senjata dicapai melalui perjanjian tidak langsung.

Namun dia mengancam akan semakin banyak warga Israel yang mengungsi jika perang terus berlanjut, dengan mengatakan jumlah permukiman tak berpenghuni akan meningkat.

“Ratusan ribu, bahkan lebih dari dua juta, akan berada dalam bahaya kapan saja, kapan saja,” sambung Qassem.

Dia mengatakan lantaran Israel menyerang di seluruh Lebanon, kelompok tersebut memiliki hak untuk menyerang di mana pun di Israel.

“Kami akan fokus menyasar militer Israel dan pusat serta baraknya,” katanya.

Serangan Israel menewaskan 2.309 orang di Lebanon selama setahun terakhir, terutama dalam beberapa minggu terakhir, menurut pemerintah Lebanon. Lebih dari 1,2 juta warga Lebanon terpaksa mengungsi.