Bagikan:

JAKARTA - Para pendukung mendesak Washington untuk berhenti mengirim senjata ke Israel setelah serangan tersebut menewaskan lebih dari 100 warga Palestina di Kota Gaza.

Serangan mematikan Israel terhadap sebuah sekolah di Gaza telah memperbarui seruan bagi Amerika Serikat untuk berhenti memberikan dukungan kuat bagi Israel, termasuk transfer senjata yang menurut para pendukung hak asasi manusia memicu kekejaman di daerah kantong Palestina tersebut.

Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan lebih dari 100 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka pada hari Sabtu ketika Israel melancarkan serangan terhadap sekolah al-Tabin di Kota Gaza.

“AS & sekutu mengklaim gencatan senjata sudah dekat. Namun yang dilihat warga Palestina hanyalah lebih banyak kematian, dislokasi, & keputusasaan. Genosida terus berlanjut,” tulis James Zogby, salah satu pendiri dan presiden Arab American Institute, di media sosial.

“Sudah waktunya untuk mengakhiri sandiwara ini. Israel tidak menginginkan perdamaian atau gencatan senjata. Mengapa kita masih mengirim senjata kepada Israel?”

Pada Sabtu pagi, jurnalis CNN Allegra Goodwin mengatakan dalam sebuah posting di X bahwa jaringan berita AS telah mengonfirmasi bahwa "bom berdiameter kecil GBU-39 buatan AS" digunakan dalam serangan mematikan Israel di sekolah al-Tabin. Al Jazeera tidak dapat segera memverifikasi laporan tersebut.

Serangan itu terjadi saat Presiden AS Joe Biden menghadapi tekanan publik selama berbulan-bulan untuk menghentikan pasokan senjata ke Israel di tengah perangnya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.700 warga Palestina sejak awal Oktober.

Israel menerima sedikitnya $3,8 miliar dalam bantuan militer AS setiap tahun, dan Biden menandatangani $14 miliar dalam bantuan tambahan kepada sekutu AS tersebut awal tahun ini.