JAKARTA - Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mengatakan pada Hari Selasa, kantornya menindaklanjuti laporan tentang kuburan massal di padang pasir di sepanjang perbatasan Libya-Tunisia, setelah sedikitnya jasad 65 migran ditemukan di lokasi lain awal tahun ini.
Dalam pidatonya, Turk mengecam pelanggaran yang meluas terhadap migran dan pengungsi di Libya, yang melintasi rute transit berbahaya yang membentang melalui Gurun Sahara dan melintasi Mediterania selatan.
Pelanggaran terhadap migran "dilakukan dalam skala besar, dengan impunitas" oleh aktor negara dan non-negara, kata Turk, yang menyebutkan kejahatan termasuk perdagangan manusia, penyiksaan, kerja paksa, pemerasan, kelaparan, penahanan dan pengusiran massal.
"Saya mendesak pihak berwenang untuk segera menanggapi penyelidikan kami, dan untuk menyelidiki kejahatan ini sepenuhnya," katanya kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, dalam pidato yang membahas catatan hak asasi manusia Libya selama setahun terakhir, melansir Reuters 9 Juli.
Namun, Turk tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang dugaan identitas korban kuburan massal atau bagaimana lokasi itu ditemukan.
Sementara, seorang juru bicara di kantor Turk mengatakan: "Kami belum menerima informasi dari pihak berwenang tetapi kami terus menindaklanjutinya."
BACA JUGA:
Pada Bulan Maret, sedikitnya 65 jenazah migran ditemukan di lokasi kuburan massal di lembah al-Jahriya di barat daya Libya, sekitar 420 km (260 mil) selatan Tripoli, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi yang berafiliasi dengan PBB.
Diketahui, Libya dan Tunisia merupakan mitra penting dalam upaya Uni Eropa untuk membendung arus migran melintasi Mediterania dari Afrika Utara ke Eropa selatan.