Bagikan:

JAKARTA - Misi arkeologi Mesir-Italia berhasil menemukan 33 makam saat bekerja di dekat Makam Aga Khan di sebelah barat Aswan, kata Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir Minggu pekan lalu.

Makam-makam tersebut berasal dari Periode Akhir Mesir Kuno (664-332 SM), periode Ptolemeus, ketika negara tersebut diperintah oleh dinasti berbahasa Yunani (305-30 SM) dan periode Romawi (30 SM-641 M).

Makam-makam tersebut, beberapa di antaranya masih berisi sisa-sisa mumi dan benda-benda pemakaman, diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang sejarah daerah Aga Khan dan penyakit yang menimpa penduduk kunonya.

"Penemuan ini menambah sejarah baru bagi daerah Aga Khan," kata Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Purbakala Dr. Mohamed Ismail Khaled, melansir The National News 25 Juni.

Sementara itu, Kepala Sektor Purbakala Mesir di Dewan Tertinggi Purbakala Dr. Ayman Ashmawy mengatakan, penelitian awal pada sisa-sisa mumi menunjukkan 30 persen hingga 40 persen dari mereka yang dikubur di makam tersebut meninggal muda, mulai dari bayi baru lahir hingga remaja.

Makam-makam tersebut bervariasi dalam desain arsitektur, dengan beberapa menampilkan pintu masuk berkubah yang didahului oleh halaman terbuka yang dikelilingi oleh dinding bata lumpur sementara yang lain diukir langsung ke batu gunung.

Di antara penemuan di dalam makam tersebut terdapat beberapa mumi, termasuk mumi orang dewasa, mungkin seorang wanita, dan seorang anak yang mungkin telah meninggal antara usia satu dan dua tahun. Kedua mayat tersebut ditemukan masih berdampingan di dalam sarkofagus batu, sebuah misteri yang rencananya akan diselidiki lebih lanjut oleh misi tersebut.

Penemuan lainnya termasuk sisa-sisa karton berwarna, patung-patung dari tanah liat dan batu, peti mati kayu, dan meja persembahan.

Terpisah, Kepala Pengawas Purbakala Aswan dan Nubia serta direktur misi dari Mesir Dr. Abdel Moneim Saeed menjelaskan, kelas menengah penduduk Pulau Aswan dimakamkan di bagian pekuburan ini, sementara bagian atas diperuntukkan bagi kelas atas.

Teknologi canggih, termasuk analisis sinar-X, telah digunakan untuk mempelajari mumi yang ditemukan, mengungkap detail tentang fitur wajah, jenis kelamin, usia kematian, dan keberadaan penyakit organik.

Dr. Patrizia Piacentini, profesor Egyptology di Universitas Milan dan direktur misi dari Italia mencatat, studi awal pada mumi menunjukkan beberapa menderita penyakit menular, kelainan tulang, anemia, malnutrisi, penyakit dada, tuberkulosis dan osteoporosis.

Beberapa ditemukan meninggal pada usia lanjut dengan penyakit tulang yang parah.

Ke depan, misi tersebut diharapkan untuk melanjutkan pekerjaannya di lokasi tersebut, dengan tujuan untuk menemukan lebih banyak tentang penduduk kuno di daerah tersebut.