JAMBI - Sebanyak 559,5 hektare lahan pertanian di Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Jambi, gagal panen. Banjir luapan Sungai Batanghari menjadi penyebab bencana yang dialami para petani tersebut.
Kepala Dinas (Kadis) Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanjungjabung Timur, Sunarno, mengatakan pihaknya memastikan produksi padi pada musim tanam Oktober 2023 hingga Maret 2024 mengalami penurunan.
"Kami telah mendata, pada musim tanam Oktober 2023 hingga Maret 2024, sudah ada sekitar 4.700 hektare lahan yang terdampak banjir dan lahan yang mengalami gagal panen atau puso mencapai 559,5 hektare," katanya di Jambi, Rabu 28 Februari, disitat Antara.
Dia menambahkan lahan pertanian yang terdampak banjir tersebar pada empat kecamatan yang meliputi Kecamatan Berbak, Rantau Rasau, Nipah Panjang, dan Sabak Timur, dengan lahan gagal panen terluas di Kecamatan Berbak mencapai 431 hektare.
Data mencatat lahan pertanian yang terendam banjir meliput di Kecamatan Berbak seluas 1.265 hektare, Rantau Rasau 1.042 hektare, Nipah Panjang 999 hektare, dan Sabak Timur 35 hektare.
BACA JUGA:
Selain padi ada tiga hektare tanaman jagung dan satu hektare tanaman kedelai mati karena terendam banjir akibat luapan Sungai Batanghari.
Mugianto, salah satu petani di Kelurahan Bandar Jaya, Kecamatan Rantau Rasau, memilih panen lebih dini mengingat debit air tidak kunjung surut atau turun, yang menyebabkan sebagian padinya sudah mati, sehingga hanya sebagian yang bisa di panen.
"Kami memilih panen lebih awal dikarenakan takut air Sungai Batranghari semakin tinggi dan hanya sebagian kecil yang bisa dipanen hasilnya, dimana hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja," kata Mugianto.
Kabupaten Tanjungjabung Timur menjadi salah satu kabupaten yang memproduksi padi di Provinsi Jambi.