JAKARTA - Calon presiden (capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo tak pernah membolehkan sang istri, Siti Atikoh mencampuri urusan pekerjaannya. Dia bahkan punya kesepakatan bersama soal ini.
Awalnya, Ganjar bicara soal dirinya pernah empat periode menjadi pejabat publik. Dua periode pertama dihabiskan di ranah legislatif sementara dua berikutnya di eksekutif, yaitu menjadi Gubernur Jawa Tengah.
“Memang yang dua (jabatan, red) legislatif sehingga cawe-cawenya enggak terlalu banyak. Nah, yang kedua ini, di jabatan eksekutif sebagai istri gubernur ujiannya ada di sana,” kata Ganjar dalam acara Indonesia Millenial and Gen Z Summit di Senayan Park, Jakarta, Jumat, 24 November.
“Maka saya sampaikan satu nilai bersama kalau urusan kantor itu adalah urusan suami,” sambungnya.
Ganjar tahu istrinya cakap dan punya kemampuan. Tapi, ia tak mau Siti Atikoh ikut campur dengan memberikan jabatan tertentu saat memimpin Jawa Tengah.
Kecuali, saat istrinya turun mendampinginya menduduki jabatan yang diperbolehkan perundangan. “Contoh waktu saya jadi gubernur dia kan menjadi pembina PKK,” tegasnya.
Ganjar tahu tak mudah membuat seorang istri tidak mencampuri urusan pekerjaan. Ia mencontohkan pernah diminta istrinya untuk memberi promosi terhadap seseorang yang sudah bekerja cukup lama dengan jabatan itu saja.
Hanya saja, Ganjar tak begitu saja mau karena orang itu tetap harus mengikuti mekanisme yang ada. “Ini adalah statement pertama dan terakhir. Nantu akan saya tes, akan saya cek tapi selanjutnya tidak boleh lagi,” ungkapnya.
BACA JUGA:
"Akhirnya dia (Siti Atikoh, red) tahu peran-peran itu. Memang tidak mudah menghadapi situasi seperti ini makanya mudah-mudahan 10 tahun dia sudah latihan dan cukup bisa memberikan perspektif kepada dia agar ada batas-batas yang tidak boleh di masuki di jabatan publik,” pungkas Ganjar.