Bagikan:

MALUKU - Tim riset Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban (PRKKP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian kekayaan manuskrip kuno di Negeri Kaitetu Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

"Tiga peneliti PRKKP BRIN melalui Rumah Program Identitas Kebangsaan Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra meneliti kekayaan manuskrip di Provinsi Maluku," Kata Kepala Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban, Wuri Handoko dalam keterangan yang diterima, Antara, Rabu, 23 Agustus. 

Dikatakannya, riset yang dilakukan mengangkat topik "Kekuatan Mistis Manuskrip Kajian Parateks Merangkul Lawan Menjadi Kawan."

Terdapat beberapa manuskrip yang diindikasikan memiliki kekuatan mistis berdasarkan informasi awal dari masyarakat lokal.

"Karena itu, tim berusaha menggali sesungguhnya realitas kekuatan mistis pada manuskrip dan bagaimana relevansi dengan tradisi damai dan tradisi kebersamaan yang ada dalam gaya hidup masyarakat," katanya.

Dalam riset ini , terungkap berbagai kajian mistis yang terkandung dalam manuskrip. Dimana dalam lembaran-lembaran manuskrip ini sarat akan makna keagamaan yang diramu dalam aspek mistis.

"Makna yang terungkap dan tersirat dari manuskrip ini mampu memberikan rasa damai dimana dalam mantra-mantra itu memancarkan aroma mistis dari lawan menjadi kawan," katanya.

Khususnya di Jazirah Leihitu Negeri Kaitetu yang menjadi lokus riset, wilayah ini menjunjung tinggi aspek adat anak negeri, antara kepala negeri, pemangku adat, dan seluruh perangkat keagamaan bersatu padu menjaga ketentraman negeri dalam bentuk kearifan lokal.

Kearifan lokal itu, salah satunya kandungan manuskrip Mahar Nubuah yang mengajarkan aspek mistis merangkul lawan menjadi kawan. Ini pula yang diwariskan kepada pemilik naskah, Hasan Hatuwe, untuk tetap menyimpan naskah, ujarnya.

Naskah itu katanya, tidak hanya tersimpan tetapi menjadi pemberi damai ketika mantra -mantra dalam manuskrip dipanjatkan, sehingga nilai damai diaplikasi di negeri Kaitetu, dimana wilayah ini menjadi salah satu daerah yang aman saat konflik sosial melanda Maluku.

"Negeri ini menjadi basis damai tidak ada lawan yang ada adalah kawan bagi sesama umat beragama. Bukti damai dengan tetap kokoh dan berdirinya gereja tua dan masjid tua, Dua tempat ibadah ini menjadi simbol damai di Jazirah Leihitu," ujarnya.