Bagikan:

 JAKARTA - Terdengar suara dentuman di Malang, Jawa Timur. Banyak yang bertanya-tanya dari mana asal suara dentuman ini?

Krungu (dengar) suara dentuman gak rek?” demikian cuit akun Twitter BPBD Kota Malang dikutip VOI, 3 Februari dini hari.

Sang admin Twitter BPBD Malang satu jam setelahnya mencuit soal belum bisa diperkirakan asal suara dentuman di Malang ini.

“Mimin masih belum bisa memperkirakan itu suara dentuman berasal dari mana, ini masih gali info kepada rekan-rekan daerah lain, mohon waktu ya teman² sekalian kita berdo'a Bersama-sama semoga selalu diberikan keselamatan,” demikian info BPBD Malang.

Dentuman di Mana-mana

Kepala Bidang Mitigasi dan Gempa Bumi BMKG Daryono sebelumnya melansir data sejumlah dentuman di beberapa daerah di Indonesia.

Pada Sabtu, 30 Januari, sensor gempa BMKG merekam anomali seismik saat muncul suara gemuruh di Sukabumi.

Dentuman ini terdengar oleh warga Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi pada  Sabtu, 30 Januari malam sekitar pukul 19.00 WIB. Warga merasakan dua kali getaran sebelum muncul suara gemuruh.

Hasil monitoring BMKG terhadap beberapa sensor seismik di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sambung Daryono menunjukkan adanya anomali gelombang seismik saat warga melaporkan suara gemuruh.

Tampak sangat jelas adanya rekaman seismik yang terjadi pada pukul 19.00.36 WIB hingga 19.00.43 WIB. Lama durasi rekaman seismik berlangsung cukup singkat hanya selama 7 detik.

Anomali seismik ini tampak sebagai gelombang frekuensi rendah (low frekuensi). Sepintas bentuk gelombangnya (waveform) seismiknya mirip rekaman longsoran atau gerakan tanah. Fenomena alam gerakan tanah memang lazim menimbulkan suara gemuruh yang dapat didengar warga di sekitarnya.

Kemudian pada tanggal yang sama, 30 Januari terdengar dentuman di Surabaya. Daryono lewat akun Instagram miliknya daryonobmkg memposting screen shot seismogram WGJM terdekat Surabaya pukul 06.21-06.27 WIB. Saat itu warga banyak mendengar dentuman di Surabaya. Tampak clear tidak ada anomali seismik atau event yang terekam.

Dentuman juga terdengar di Bali pada 24 Januari. BMKG menurut Daryono segera memeriksa sinyal seismik, khususnya terhadap sinyal seismik dari sensor di wilayah Bali.

Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya anomali sinyal seismik yang tercacat pada sensor seismik Singaraja (SRBI) pada pukul 10.27 WITA.

"Jika sinyal seismik tersebut kita coba tentukan magnitudonya menggunakan formulasi penentuan mangnitudo gelombang gempa akan dihasilkan kekuatan 1,1 magnitudo lokal. Sebagai tambahan informasi, bahwa sejak pukul 08.00 hingga 12.00 WITA tidak ada aktivitas gempa di wilayah Bali. Sehingga dipastikan anomali gelombang seismik tersebut bukan aktivitas gempa tektonik," papar Daryono soal dentuman di Bali.