JAKARTA - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bertemu dengan delegasi China, sehari setelah merayakan 70 tahun gencatan senjata Perang Korea, kata media pemerintah Korut.
Selama pertemuan pada Jumat (28/7), kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan hubungan bilateral mereka, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) dilansir ANTARA, Sabtu, 29 Juli.
Delegasi pemerintah-partai China tiba di Pyongyang pada Rabu untuk menghadiri perayaan peringatan gencatan senjata yang digelar keesokan harinya.
Dipimpin oleh Li Hongzhong, seorang anggota Politburo Partai Komunis China, delegasi tersebut menjadi salah satu kelompok asing pertama yang mengunjungi Pyongyang sejak Korut memberlakukan penutupan perbatasan karena COVID-19 pada awal 2020, bersama dengan delegasi Rusia.
Kim bertemu dengan delegasi Rusia pada Rabu (26/7). Pada Jumat, Kim menyampaikan terima kasih kepada China atas bantuannya selama Perang Korea dan mengatakan bahwa Korut akan selalu mengingat kontribusi besar selama "periode paling sulitnya," menurut KCNA.
Kim juga menyuarakan apresiasinya kepada Pemimpin China Xi Jinping karena telah mengirimkan delegasi dan surat pribadi, memuji bahwa China akan mencapai "impian kemakmuran besar" di bawah kepemimpinan Xi, tambah laporan itu. Namun, isi surat itu tidak disebutkan.
Menurut surat kabar utama Partai Komunis China, People's Daily, Xi menuliskan dalam surat itu bahwa China dan Korut berbagi "persahabatan yang ditorehkan dengan darah" selama Perang Korea.
Selain itu, Beijing juga akan memperkuat dan mengembangkan hubungan dengan Pyongyang "tidak peduli seberapa besar situasi internasional berubah."
Surat kabar itu menyebutkan surat tersebut disampaikan kepada Kim melalui Li.
KCNA menyebutkan bahwa Pyongyang dan Beijing menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan kerja sama bilateral dan "kolaborasi strategis dan taktis mereka" untuk mengatasi "situasi internasional yang rumit" melalui pertemuan tersebut.
Setelah pertemuan itu, Kim juga menggelar resepsi dengan delegasi China, di mana saudara perempuannya yang berkuasa, Yo-jong, dan Li, berpidato, menurut laporan tersebut.