Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengungkapkan isi pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo saat diundang ke Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 17 Juli sore.

Paloh tak menampik salah satu materi yang dibahas Jokowi bersama dirinya adalah sindiran Paloh soal gagasan Revolusi Mental dalam Apel Siaga Perubahan NasDem. Revolusi Mental merupakan gerakan Jokowi selama menjabat Presiden RI.

Namun, Paloh menyebut tak ada ketegangan yang terjadi dalam pembahasan keduanya itu. Justru, Paloh mengakui suasana cukup cair dan bahkan Jokowi sempat berkelakar, mengaku menunggu pernyataan-pernyataan kontroversialnya.

"Ada (komentar Jokowi soal sindirannya). 'Saya sedang tunggu-tunggu, bang Surya ngomong apalagi ini'. Hahaha. Ya suasana kekeluargaan, saya harus jujur lah mengatakan itu," kata Paloh saat ditemui di NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Juli.

Jokowi menambahkan, Jokowi secara khusus juga mengucapkan selamat ulang tahun ke-72 kepada dirinya. Diketahui, Paloh berulang tahun pada 16 Juli. Menurutnya, suasana kekeluargaan seperti itu harus terus dipelihara, khususnya menjelang Pemilu 2024.

"Saya pikir ini yang bagus sekali. Karena ini yang kita butuhkan. Suasana kita menghadapi Pemilu 2024 yang waktunya tidak terlalu lama lagi di depan mata kita, bagaimana kalau bisa semua para katakanlah elite bangsa ini, ada suasananya dengan menyambut itu tidak dengan ketegangan, kekakuan apalagi dalam suasana gundah gulana, kalau kita bisa bawa sedikit dengan sedikit lebih rileks saya pikir bagus itu," urai dia.

Lalu, Paloh pun mengaku dirinya dan Jokowi juga membahas soal reshuffle kabinet yang mengurangi jumlah jatah menteri dari Partai NasDem.

Kemarin, Jokowi resmi menggantikan posisi Menteri Komunikasi dan Informatika yang sebelumnya dijabat mantan Sekjen NasDem Johnny G. Plate dengan melantik Budi Arie yang merupakan relawannya.

Namun, Paloh pun mengaku legawa. Menurut dia, siapapun sosok yang diangkat sebagai menteri merupakan hak prerogatif Jokowi sebagai kepala negara.

"Saya berulang kali mengatakan, itu hak prerogatifnya presiden. Kita konsisten untuk menghormati karena sesungguhnya itu memang benar. Artinya, Presiden bisa menentukan, mau pagi, mau siang, mau sore, mau jalan, terus mau reshuffle, mau pilih siapa saja, dan itu memang konstitusi, bukan mengada-ngada," tutur Paloh

Sebelumnya, Paloh menyindir gerakan Revolusi Mental dalam acara Apel Siaga Perubahan Partai NasDem yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Minggu, 16 Juli.

Paloh mengaku partainya mendukung gerakan yang diusung Jokowi sejak 2014 tersebut karena termasuk partai pengusung di pilpres saat itu. Namun, ia melihat sampai saat ini Revolusi Mental belum juga terwujud.

"Itulah ketika pada 2014 Pemilu dengan seluruh kekuatan, harapan, dan energi kita dukung yang namanya Presiden Jokowi kala itu untuk menjadi Presiden. Kita berikan dukungan secara totalitas," kata Paloh dalam pidatonya.

"Tapi sayang seribu sayang, harapan belum menjadi kenyataan. Apa yang harus berani kita nyatakan jelang 78 tahun kemerdekaan bangsa yang kita miliki," lanjutnya.