Bagikan:

JAKARTA - Komunitas asal Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, Wandan Kultur, menyuguhkan Tari Samra untuk menghibur warga setelah Shalat Idul Adha 1444 Hijriah di Masjid Raya Al Fatah Kota Ambon.

"Kami dari Komunitas Wandan Kultur yang saat ini sedang dalam proses penggalangan dana untuk pembangunan masjid di Kei," ucap koordinator lapangan kegiatan itu, Muhammad Taher Salamun, dikutip dari Antara, Kamis, 29 Juni.

Dalam rangka penggalangan dana tersebut, Wandan Kultur menampilkan Tarian Samra modern dipadukan dengan Samra klasik.

"Jadi awalnya, Samra ini dari Arab, tapi karena sudah mendarah daging di generasi kami sehingga kami manfaatkan untuk mengasah kreativitas anak muda dengan menggalang dana," kata dia.

Saat menyuguhkan Tari Samra tersebut, pihaknya melibatkan 200 pemuda Kei, Maluku Tenggara.

Sedikitnya enam masjid menjadi sasaran penggalangan dana, yaitu Masjid Al Umrawi, Masjid Nurul Awataka, Masjid An-Najm, Masjid Al Jihada, Masjid Al Ansar, dan Masjid Ar Rahman di Banda Ely dan Elat Kepulauan Kei.

Para pemuda tersebut mengenakan kemeja atau baju koko berwarna putih secara lengkap dengan sarung dan sepatu ketika menyuguhkan Tari Samra.

Mereka menari mengikuti irama lagu yang kental dengan tabuhan rebana dan musik khas Timur Tengah.

Perempatan Jalan Sultan Babullah, Jalan A.Y. Patty, dan Jalan Sam Ratulangi Kota Ambon seketika dipadati jamaah usai Shalat Idul Adha untuk menonton suguhan tarian tersebut.

Mereka beramai-ramai mengabadikan momen tersebut dengan kamera ponsel masing-masing.

"Ini juga sebagai langkah mengampanyekan kreativitas pemuda Kei untuk seluruh masyarakat Kota Ambon," kata dia.

Tari Samra, salah satu kesenian khas Betawi yang terdiri atas tonil, orkes, dan tarian.

Secara etimologi, Samra berasal dari Bahasa Arab, yakni "samarokh" yang berarti suatu perkumpulan santai atau pesta. Kata "samarokh" oleh orang Betawi dikatakan sebagai "samra" atau "sambrah".

Musik Samrah tersebar hanya di daerah budaya Betawi Jakarta Pusat, antara lain di Kemayoran, Sawah Besar, Tanah Abang, Cikini, Paseban, Tanah Tinggi, dan Petojo.

Samrah membawakan nyanyian berupa pantun dengan tema lagu tentang cinta dan keagamaan. Lagu-lagu pokoknya adalah lagu Melayu.