JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan bahwa perdagangan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak seiring dengan diberlakukannya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berjilid di tahun 2020.
Imbas pembatasan kegiatan masyarakat tersebut, kata Lutfi, perdagangan mengalami kontraksi pada kuartal III sebesar 5,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Diikuti oleh sektor transportasi dan pergudangan yang turun 16,70 persen secara tahunan.
"PSBB sukses tetapi perdagangan turun. Artinya perdagangan dan stocking terganggu. Untuk sektor akomodasi dan makanan minuman juga turun dan ini menunjukkan masyarakat tidak ke mana-mana," katanya, dalam acara webinar 'Akselerasi Pemulihan Ekonomi', Selasa, 26 Januari.
Kinerja perdagangan luar negeri Indonesia sepanjang 2020 pun menghadapi tantangan berat meski mencetak surplus 21,74 miliar dolar AS, bahkan tertinggi sejak 2011. Menurut Lutfi, kinerja kali ini juga memprihatinkan karena pandemi terjadi di seluruh dunia.
Lutfi berujar, terjadi koreksi dalam pada kinerja impor yang didominasi oleh kelompok bahan baku dan penolong karena sebagian negara juga melakukan penutupan akses masuk dan keluar negaranya. Akibatnya arus barang pun terganggu.
"Kalau melihat lebih dalam lagi, terjadi pelemahan karena impor 70,2 persen adalah bahan baku penolong. Artinya kalau impor turun 17,34 persen, saya takut ada pelemahan sektor produksi untuk konsumsi di Tanah Air," tuturnya.
BACA JUGA:
Menurut Lutfi, untuk bisa survive daripada tahun ini beberapa hal yang harus dikerjakan. Pertama, mesti memperbaiki struktur produksi dan konsumsi di dalam negeri. Apalagi, konsumsi Indonesia di rumus GDP lebih dari 50 persen.
"Artinya, kalau konsumsi terganggu atau produksi terganggu atau produksi dan konsumsi terganggu itu growth ekonomi kita pada tahun 2021 akan terkena secara langsung. Jadi bagaimana caranya kita mesti memperbaiki struktur tersebut," jelasnya.
Karena itu, Lutfi berkomitmen untuk menjamin arus barang pada 2021 agar aktivitas produksi dan konsumsi bisa kembali menggeliat.
Dalam hal ini, Lutfi akan memastikan 70,2 persen importasi dapat masuk dengan lancar. Di sisi lain, dia mengharapkan ada insentif yang mendorong daya beli masyarakat.
"Kalau industrinya siap, kita juga mesti menyiapkan supaya konsumsi berjalan. Ini satu hal yang mesti saya bicara bukan hanya di sektor perdagangan tetapi juga di perindustrian, dan kemudian yang paling penting juga di tempat kementerian keuangan. Karena kita membutuhkan insentif-insentif. Bukan hanya berbentuk financial tetapi juga insentif kepercayaan kepada pasar untuk orang membeli lagi," jelasnya.