Bagikan:

SURABAYA - Kumandang suara adzan pada Jumat, 31 Maret siang, membelah teriknya suasana siang Kota Pahlawan. Panggilan untuk menunaikan salat Jumat itu ternyata berasal dari masjid besar yang memiliki dua menara disamping kanan dan kiri di kawasan Perumahan Darmo Indah,  Surabaya.

Masjid yang memiliki luas 3.470 meter persegi tersebut terlihat megah dan estetik dengan perpaduan warna dinding putih dan batuan alam coklat muda yang adem dilihat mata.

Masyarakat sekitar berbondong-bondong memasuki masjid yang berdiri tahun 2012 silam tersebut. Tak hanya warga sekitar, bahkan banyak juga yang dari luar turut memasuki bersembahyang di masjid tersebut.  Banyaknya mobil dan motor yang parkir di halaman depan dan belakang rumah ibadah tersebut.

Siang itu merupakan Jumat kedua bagi umat Islam menunaikan shalat Jumat pada bulan suci Ramadan 1444 Hijriah.Tak hanya jamaah pria dewasa, ada beberapa dari mereka anak-anak yang mengenakan sarung, berkopiah dan bergegas menuju masjid yang diberi nama Al Hidayah itu.

Memasuki Masjid  Al Hidayah  langsung disambut dengan pintu yang memiliki desain hampir sama dengan pintu Masjid Nabawi yang tengahnya ada ornamen bulat kaligrafi arab bertuliskan "Muhammad Rasulullah".

Masuk ke dalam masjid, juga disuguhi  Kiswah Multazam yang terpajang di mihrab imam. Kiswah yang dibuat pada sepuluh tahun silam tersebut dikelilingi lampu light-emitting diode (LED) yang nampak berkilau, sehingga menambah kesan mewah.

Jahitan dari benang emas dan perak  tersebut dihiasi kaligrafi Quran. Ada beberapa surat yang disulamkan, di antaranya Surat Yasin, Surat Al Fatihah dan Ayat Kursi. Kiswah luar berwarna hitam dengan panjang delapan dan lebar empat setengah meter tersebut di dalamnya dilapisi kain warna hijau.

Masjid yang memiliki tinggi 12 meter tersebut, terasa begitu lapang meskipun shaf sudah penuh dengan para jamaah yang akan melaksanakan shalat Jumat.

Jika melihat ke atas, akan tersaji lukisan langit yang memenuhi bagian dalam kubah masjid yang terkenal dengan nama "Kiswah" Al Hidayah. Begitu juga dengan jendela kaca yang bertuliskan Asmaul Husna, mengelilingi bagian atas "Kiswah" Al Hidayah.

Khotib salat Jumat, Ustaz Zainur Rofiq, menyampaikan dalam khutbahnya jika masjid tersebut sudah sangat bagus harus dijaga dan diramaikan terus. "Masjid kita, barusan saja diresmikan oleh Wali Kota Surabaya, mari kita jaga dan ramaikan, jangan hanya bagus saja tetapi yang sholat di dalamnya sedikit," ucapnya.

Meskipun di bawah sudah penuh, masjid yang selalu buka 24 jam tersebut masih memiliki lantai kedua yang dapat ditempati untuk salat.

Datangkan Kiswah Multazam

Masjid yang didirikan pada tahun 2012 tersebut  sempat sepi jemaah. Oleh karena itu, Ketua Takmir Masjid Al Hidayah, HR Moch Djupri Saad Abu, merasa bertanggung jawab untuk meramaikan kembali,  sehingga perlu ada inovasi yang dapat meningkatkan jumlah jamaah.

Setelah berkunjung ke Masjid Namira Lamongan, pria yang akrab disapa Abah Jupri tersebut langsung berpikir untuk mendatangkan kiswah agar ramai jamaah seperti masjid tersebut.

Kiswah merupakan kain yang menutupi Ka'bah di Makkah. Kain ini biasanya diganti setiap tahun pada tanggal sembilan Dzulhijjah, hari ketika jemaah haji berjalan ke Bukit Arafah.

Setiap tahun, kiswah lama diangkat dan dipotong-potong menjadi beberapa bagian untuk diberikan kepada beberapa orang ataupun pejabat muslim asing. Sementara Multazam, merupakan bagian yang terdapat di Ka'bah yang letaknya di antara sudut Hajar Aswad dan pintu Ka'bah.

Dalam buku Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah dijelaskan bahwa  Multazam sering dijadikan tempat seseorang untuk berdoa, hal ini dikarenakan ketika berdoa di Multazam diyakini doa-doanya akan terkabul.

Mendatangkan Kiswah Multazam di Surabaya membutuhkan proses yang lumayan panjang.

"Saya punya teman di Arab sana, saya berkomunikasi dengan dia, intinya bagaimanapun caranya saya harus bisa mendapat kiswah biar masjid ini ramai," ucap Abah Jupri.

Kiswah Multazam ini berhasil dibawa ke Surabaya dengan mengganti biaya Rp700 juta pada 2019 lalu. Namun, tidak seperti di Masjid Namira  Lamongan yang tertutup kaca, di Masjid Al Hidayah  pengunjung dapat menyentuh langsung kiswah yang dibuat pada tahun 1434 Hijriyah atau 2013 Masehi tersebut.

Bahkan terkadang, saat lepas dari pengawasan ada juga oknum yang sengaja mengambil benang rajutan.

"Tidak banyak, tetapi kadang ada, soalnya setiap harinya kami langsung cek, entah buat apa itu benangnya," kata Abah Jupri.

Tak sedikit pengunjung yang menangis saat berdoa di depan Kiswah Multazam tersebut, bahkan para kiai dan habib yang datang juga menangis.

Abah Jupri pernah berencana menutup kiswah tersebut dengan kaca seperti di masjid lainnya, namun selalu gagal saat akan melaksanakan penutupan, mulai dari tukang kacanya yang tidak berani hingga selalu bertepatan dengan agenda lainnya.

Karena itu, hingga saat ini kiswah yang memiliki berat sekitar 300 kilogram dengan panjang delapan meter serta lebar empat setengah meter tersebut tidak pernah ditutup. Bahkan, masjidnya pun buka selama 24 jam agar jamaah bisa melaksanakan ibadah shalat.

Karena tidak ditutup, kiswah tersebut tampak lebih kusam dibanding saat datang pertama kalinya di Surabaya. Takmir masjid belum bisa menemukan jasa cuci yang sanggup membersihkan kiswah tersebut.

Sejumlah jemaah mendengarkan khutbah jumat di Masjid Al Hidayah, Surabaya, Jatim (ANTARA/Rizal Hanafi)

Kedatangan Eri Cahyadi

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada awal Ramadan,  27 Maret 2023, mendatangi Masjid "Kiswah" Al Hidayah dalam rangka safari Ramadhan.

Sejak kali pertama datang Eri Cahyadi langsung terkesima dan kagum dengan masjid yang diyakininya mendapat keberkahan. Bahkan, dirinya tidak menyangka ada masijd yang menyimpan Kiswah Multazam di Surabaya.

"Piye Pak Camate iki, ada Masjid di Tandes ini, yang memiliki keberkahan, tidak bilang. Saya yakin itu, lihat saja. Di Imaman, ada Kiswah Multazam asli. Kita tahu Kiswah ini pernah dipakai menutupi Ka'bah. Dan Kiswah Multazam, itu berarti pernah dipakai saksi doa umat Muslim se dunia, saat umroh dan haji," ujarnya.

Setelah berkunjung, karena masjid tersebut belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dirinya memerintahkan takmir untuk mengumpulkan berkas agar dibuatkan perizinan tersebut.

Alhasil, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Surabaya Irvan Widyanto bersama Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan Irvan Wahyu Drajad dan jajarannya menyerahkan dokumen IMB secara langsung yang diterima oleh Abah Jupri, pada Jumat, 31 Maret sore.

Abah Jupri mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya atas seluruh pihak yang telah memberi jalan untuk mengurus IMB agar bangunan masjidnya legal.

"Pak Wali terutama, orangnya ikhlas tanpa ada macam-macam, sudah membantu untuk membuatkan IMB agar cepat selesai, beliau kemarin bilang karena peresmian hari Jumat maka IMB juga harus sudah diserahkan pada hari Jumat," katanya.

Dengan begitu, adanya IMB, kelegalan untuk bangunan sudah tidak diragukan lagi, meskipun nantinya Masjid "Kiswah" Al Hidayah tersebut dibangun hingga mencapai puluhan milyar tidak akan bermasalah.

"Semua ini diharapkan dapat memakmurkan masjid, agar semuanya nyaman dan aman saat beribadah dan tentunya semoga semakin ramai lagi," ucapnya.