Bagikan:

JAKARTA - Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia memperbantukan kapal riset dan alat pendeteksi keadaan bawah laut guna mencari puing pesawat Sriwijaya Air. Kapal tersebut akan membantu proses pencarian di perairan Kepulauan Seribu. 

Kedua peralatan tersebut dioperasikan oleh tenaga ahli dari Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC), yang merupakan pusat penelitian dan pelatihan yang dibangun berdasarkan kerja sama kedua negara pada September 2018.

"Kapal riset canggih (ARA) yang sedang dioperasikan oleh MTCRC akan dikerahkan untuk mempercepat proses pencarian pecahan pesawat di laut,” demikian keterangan tertulis Kedutaan Besar Korea Selatan, Senin, 11 Januari.

Pemerintah Korea Selatan menyalurkan bantuan tersebut atas permintaan darurat dari Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI Safri Burhanuddin pada Sabtu, terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.

Kapal ARA merupakan kapal boat berbobot 12 ton yang didatangkan ke Indonesia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan pada 2020 guna mendorong program kerja sama survei awal untuk kawasan pesisir Cirebon melalui skema overseas development assistance (ODA) senilai 5 miliar won.

Didesain khusus untuk melakukan riset laut dangkal, kapal ARA diharapkan dapat membantu proses pencarian yang masih dilakukan.

Selain itu, MTCRC telah menerjunkan 15 orang tenaga ahli termasuk kepala MTCRC Park Hansan ke lokasi pencarian untuk bekerja sama dengan tim Indonesia.

Kapal ARA yang dilengkapi dengan alat pendeteksi tersebut dalam perjalanan dari Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, dan diperkirakan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Senin.

“Korea Selatan, sebagai mitra negara yang memiliki hubungan Kemitraan Strategis Khusus dengan Indonesia, akan proaktif bekerja sama dengan Indonesia agar seluruh proses pencarian dapat berlangsung cepat dan aman,” demikian keterangan Kedubes Korea Selatan.