SURABAYA - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo diundang ke pernikahan adik Presiden Joko Widodo di Surabaya, Sabtu 18 Februari. Ganjar yang tiba di Surabaya dinihari, memanfaatkan waktu pagi untuk olahraga keliling kota..
Namun bukan sekadar olahraga biasa. Ganjar bisa disebut jogging sejarah karena lari menelusuri kampung untuk napak tilas perjuangan Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia.
Beberapa tempat dikunjungi Ganjar, di antaranya rumah kelahiran Soekarno, di Jalan Peneleh Gang Pandean IV Kecamatan Genteng Kota Surabaya. Di rumah kecil bercat putih itulah, sang proklamator dilahirkan.
"Banyak yang tidak tahu, kalau sebenarnya Bung Karno lahir di sini. Beliau itu Arek Surabaya. Dulu sempat salah, tahunya di Blitar," kata Ganjar, Sabtu 18 Februari.
Sayang saat Ganjar tiba, rumah kelahiran Soekarno itu tertutup. Ia tak bisa masuk dan hanya mengintip kondisi rumah dari pintu kaca depan.
Tak hanya di rumah kelahiran Sorkarno, di gang sempit Peneleh itu juga, ada satu tempat yang menjadi awal perjuangan Soekarno. Adalah rumah HOS Tjokroaminoto, pendiri Sarekat Dagang Islam sekaligus guru Soekarno.
Ganjar menyempatkan diri melihat rumah tokoh yang dikenal dengan julukan Raja Jawa Tanpa Mahkota di Jalan Peneleh Gang VII Kota Surabaya. Ternyata, di rumah itulah Soekarno pernah ngekos dan belajar pergerakan ke HOS Tjokroaminoto bersama teman-temannya.
Ganjar sempat naik ke lantai dua, tempat Soekarno ngekos. Di kamar Soekarno itu, hanya ada tikar, meja kecil dan cermin. Konon, cermin itu sering digunakan Soekarno untuk belajar pidato.
"Nah inilah rumah kos Bung Karno. Ternyata pemiliknya semua orang tahu, HOS Tjokroaminoto, itu menarik tulisannya Guru Para Pendiri Bangsa. Jadi ini bukan guru para pendiri tetapi mbahnya founding father," kata Ganjar.
BACA JUGA:
Menurut dia, HOS Tjokroaminoto adalah the real guru bangsa karena melahirkan anak-anak yang kos di sini dan kelak kemudian mereka menjadi orang-orang yang ideologis. Sebab, di rumah itu selain Soekarno ada juga Musso, Semaoen, Samanhudi hingga Kartosoewirjo.
"Saya masih membayangkan dulu kalau kos di sini ketemu HOS Tjokroaminoto ngobrolnya apa ya. Bung Karno bisa ketemu Kartosoewirjo dan teman-teman lain, ngobrolnya apa ya. Mereka satu kamar kos-kosan, tapi beda ide dan gagasan. Ada yang nasionalis, agamis, sosialis dan lainnya," imbuhnya.
Ganjar yang sempat naik ke kamar kos-kosan Soekarno dan teman-temannya itu merasakan betul bagaimana para tokoh hebat itu belajar.
"Jadi menurut saya luar biasa. Kemudian anak-anak yang kos di sini menjadi tokoh di bangsa ini. Kita mesti belajar dari kerukunan mereka yang satu kamar itu," pungkasnya.