JAKARTA - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menilai rentetan gempa di Jayapura, Papua yang mengguncang kuat pada 9 Februari dan susulannya termasuk dalam fenomena Black Swan Earthquakes.
Lewat akun Twitternya, Daryono menjelaskan, gempa Jayapura merupakan fenomena bencana gempa yang langka. Selain itu, sumber gempa secara detail pun belum terpetakan.
"Secara pribadi menurut saya, fenomena Gempa Jayapura termasuk 'Black Swan Earthquakes': belum terpetakan dengan detil sumbernya, di luar prediksi para ahli, berdampak merusak dan membuat cemas masyarakat, peristiwa gempa yang langka, jarang terjadi," tulis @DaryonoBMKG, dikutip pada Senin, 13 Februari.
Fenomena gempa di Jayapura, kata Daryono memiliki tipe yang mirip dengan gempa Ambon dengan kekuatan magnitudo 6,5 pada September 2019. Saat itu, terjadi 2.602 gempa susulan di Ambon, dengan 292 gempa yang dirasakan warga.
"Aktivitas gempanya sangat banyak, bersifat merusak, fenomena yang termasuk langka, tidak terprediksi para ahli, belum terpetakan sumber gempanya dengan detil," ujar Daryono.
Meski demikian, Daryono yakin susulan gempa di Jayapura yang menimbulkan rasa cemas dan teror kepada warga pasti akan berakhir.
"Gempa Jayapura pasti akan selesai. itu earthquake sequence, multi fault aktif, dan triggered off fault seismicity. Pernah terjadi di Ambon-Haruku pada akhir 2019. Meneror dan beberapa bulan kemudian selesai karena akumulasi stressnya sudah release semua. Kemudian aman," papar dia.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, gempa Jayapura berkekuatan magnitudo 5,4 mengguncang pada Kamis, 9 Februari lalu. Gempa dirasakan kuat selama 2-3 detik, membuat masyarakat panik dan berhamburan ke luar rumah.
Sebelum itu, gempa di Jayapura mulai terjadi sejak 2 Januari lalu. Gempa susulan terus terjadi hingga saat ini. Adapun total kejadian gempa bumi sejak 2 Januari hingga 12 Februari per pukul 13.00 WIT sebanyak 1.181 gempa dengan 176 gempa yang dirasakan warga.