JAKARTA - Petani di Desa Donosari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal akhirnya menikmati panen yang melimpah dari hasil pertanian. Semua terjadi setelah mendapat bantuan pembangunan jaringan irigasi dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Bantuan Gubernur itu terdiri dari Jaringan Irigasi Desa (Jides) dan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (Jitut), total anggaran bantuan senilai Rp400 juta.
Ketua Kelompok Tani Sido Rukun, Desa Donosari, Mugiyo mengatakan, bantuan jaringan irigasi dari Gubernur sangat bermanfaat bagi petani di desanya. Jaringan irigasi sepanjang 270 meter itu mampu mengairi lahan pertanian seluas 55 hektare.
Kemudahan mendapatkan air irigasi, mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen di desanya.
"Setelah dapat bantuan dari Pak Ganjar, air irigasi menjadi lancar. Khususnya untuk 55 hektare sawah dengan sekitar 400 penggarap," Ucap Mugiyo, Sabtu 11 Februari.
Dulu saat kondisi jaringan irigasi masih belum ada talud, air tidak bisa mengalir dengan lancar. Selain berpotensi gagal panen, juga mengakibatkan konflik di antara petani karena berebut air.
Agar bisa mendapat air irigasi, petani di desanya terpaksa menggunakan mesin pompa air. Satu hektare sawah, membutuhkan biaya sekitar Rp1,2 juta untuk membeli solar selama masa tanam.
“Sebelumnya petani rebutan air karena irigasinya masih tanah dan airnya lambat. Tapi sekarang kalau bahasa Jawanya, airnya turah-turah (melimpah-ruah). Kalau dulu iuran satu hektare Rp1,2 juta, kalau sekarang hanya Rp600 ribu, jadi mengurangi 50 persen biaya,” paparnya.
Senada juga dikatakan Mintarjo, petani Desa Donosari. Dia menyampaikan bahwa berkat bantuan jaringan irigasi tersebut, hasil panennya meningkat. Yang semula hanya 5,1 ton per hektare, kini naik menjadi 7,2 ton padi per hektare.
BACA JUGA:
“Alhamdulillah kami sangat bersyukur sekali dengan adanya bantuan irigasi dari Pak Ganjar, hasil panennya lebih meningkat lebih memuaskan, hasil padi kami lebih berkualitas. Saya menggarap satu hektare dan hasilnya sekarang 7,2 ton. Dan kualitasnya sangat bagus,” tuturnya.
Lahan pertanian di desanya saat ini mampu digunakan untuk tiga kali masa tanam. Yakni, dua kali masa tanam padi, dan satu kali panen palawija.
“Debit airnya juga bisa diatur. Kalau waktu mau panen, airnya dikurangi supaya tidak merusak tanaman padi dan mengurangi kualitas,” ujarnya.