MPR: Peringatan Natal Harus Dijadikan Momentum Membangkitkan Sikap Toleransi Anak Bangsa
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat (Foto; Instagram; @lestari moerdijat)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan semangat Natal di tengah pandemi COVID-19 ini harus dijadikan momentum membangkitkan kembali nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan anak bangsa yang mulai luntur.

"Pada peringatan Natal di tengah suasana pandemi COVID-19 ini, saat yang tepat untuk meningkatkan kembali nilai-nilai toleransi, persatuan, saling menghormati antar umat beragama dan kebhinnekaan kita," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat, 25 Desember.

Rerie sapaan akrabnya berujar, nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki bangsa Indonesia hendaklah selalu dijaga dan dilestarikan lewat perilaku keseharian.

Lebih lanjut, ia mengatakan, momentum peringatan Natal di Tanah Air adalah saat yang tepat untuk mengamalkan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam empat konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tak hanya itu, Rarie meminta masyarakat yang merayakan Natal di masa pendemi COVID-19 ini, mengedepankan keselamatan bersama dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan mematuhi peraturan Satgas Pengendalian COVID-19 di masing-masing daerah.

Sedangkan, bagi masyarakat yang tidak merayakan Natal juga tetap harus mampu menjaga semangat persatuan dan kebersamaan di lingkungannya.

"Kerukunan antar umat beragama itu sudah dicontohkan oleh nenek moyang kita sejak dahulu. Jadi saya kira kita mampu untuk menjaga nilai-nilai toleransi itu tetap utuh," tuturnya.

Rerie berharap, peringatan Natal di tengah krisis akibat pandemi COVID-19 ini mampu mempersatukan semua elemen bangsa untuk bersama-sama menebar kebaikan bagi negeri. Salah satunya, dalam bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungannya masing-masing.

Menurut Rerie upaya pencegahan yang dilakukan aparat keamanan dan pemerintah tidak akan berhasil bila tidak ditopang kesadaran dan pengorbanan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan.