Jumlah Pengungsi Akibat Banjir di Kudus Bertambah Jadi 805 Orang
Suasana tempat pengungsian di gedung DPRD Kudus, Jawa Tengah, Selasa (3/1/2023). (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)

Bagikan:

KUDUS - Jumlah warga yang mengungsi akibat banjir di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah bertambah dengan saat ini menjadi 805 jiwa, menyusul jumlah desa terdampak banjir bertambah.

"Jika sehari sebelumnya jumlah pengungsi hanya 652 jiwa, hari ini (3/1) bertambah menjadi 805 jiwa, sedangkan desa terdampak sehari sebelumnya hanya 21 desa, saat ini bertambah menjadi 23 desa," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus Munaji dilansir ANTARA, Selasa, 3 Januari

Data pengungsi akan terus dimutakhirkan karena selama ini cenderung bertambah, termasuk desa terdampak banjir.

Lokasi pengungsian yang tersedia, di antaranya di Gedung DPRD Kudus serta tempat ibadah, balai desa, gedung PKK, SD, serta TPQ.

Dari ratusan warga yang mengungsi tersebut, di antaranya dari Kecamatan Mejobo enam desa yang terdampak banjir, yakni Desa Kirig, Payaman, Gulang, Temulus, Kesambi, Hadiwarno, dan Mejobo.

Dari Kecamatan Jati, kata dia, berasal dari lima desa yang terdampak banjir, meliputi Desa Jati Wetan, Tanjung Karang, Jetis Kapuan, Pasuruan Lor, dan Jati Kulon, sedangkan dari Kecamatan Undaan ada empat desa, meliputi Desa Karangrowo, Ngemplak, Undaan Lor, dan Wates.

Kecamatan Kaliwungu ada empat desa, yakni Setrokalangan, Kedungdowo, Blimbing Kidul dan Banget, sedangkan Kecamatan Jekulo ada tiga desa, meliputi Desa Bulungcangkring, Bulung Kulon, dan Sadang.

Selain menggenangi permukiman penduduk, banjir juga menggenangi areal persawahan di sejumlah kecamatan, sedangkan ketinggian genangan antara 20-130 sentimeter.

Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum setiap harinya, sudah disiapkan dapur umum dengan menyiapkan makan secara prasmanan.

Sukarlan, salah satu warga Desa Karangrowo yang mengungsi di gedung DPRD Kudus, mengakui mulai mengungsi sejak tanggal 2 Januari 2023, menyusul ketinggian genangan air di desanya semakin bertambah.

"Sebetulnya genangan banjir di dalam rumah hanya semata kaki, namun akses jalannya tergenang cukup tinggi sehingga aktivitas harian tentunya juga lumpuh. Meskipun ada yang mengungsi masih banyak yang bertahan di rumah untuk berjaga-jaga dari aksi pencurian. Hanya saja, mereka mengeluh belum mendapatkan bantuan makanan," ujarnya.