JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau warga tidak melakukan aktivitas apapun pada sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak Gunung Semeru di Jawa Timur.
"Di luar jarak tersebut, masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak," kata Petugas Pos Pantau Gunung Semeru Nur Rokhman Hidayat dilansir ANTARA, Senin, 21 November.
PVMBG mengeluarkan imbauan itu seiring dengan adanya lontaran abu vulkanik setinggi kurang lebih 400 meter di atas puncak Gunung Semeru pada Senin pukul 06.08 WIB.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut. Erupsi tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi 64 detik.
Sepanjang periode 06.00 sampai 12.00 WIB, hari ini, PVMBG mencatat Gunung Semeru mengalami 18 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 10 sampai 22 milimeter dan lama gempa berkisar antara 41 sampai 118 detik.
Selain itu, ada pula satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 30 milimeter, S-P 17 detik dan lama gempa 88 detik.
PVMBG juga mengimbau warga untuk tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
BACA JUGA:
PVMBG juga merekomendasikan warga selalu mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada mengingatkan warga yang bermukim di sekitar gunung api untuk mewaspadai berbagai potensi bahaya saat musim hujan terkhusus banjir lahar dingin.
Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api berstatus siaga di Indonesia yang berpotensi besar terjadi banjir lahar dingin saat musim hujan karena gunung api tersebut memiliki empat faktor utama penyebab banjir lahar dingin, yaitu penumpukan material hasil erupsi, air hujan, gravitasi dan bentuk lembah.