Polisi dan BBPOM Sita 92 Produk Kosmetik Ilegal Mengandung Merkuri di Aceh
Konferensi pers Polresta Banda Aceh bersama BBPOM Banda Aceh terkait penyitaan kosmetik ilegal, di Banda Aceh, Senin (14/11/2022) (ANTARA/Rahmat Fajri)

Bagikan:

BANDA ACEH - Polresta Banda Aceh bersama Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh menyita 92 produk kosmetik diduga ilegal tanpa izin edar, dan di antaranya juga ada yang mengandung bahan kimia obat seperti merkuri.

"Penyitaan kosmetik berjumlah ribuan item ini dilakukan karena barang-barang tersebut tak memiliki izin edar dari pihak terkait (BPOM), namun tetap diperjualbelikan di pasaran," kata Kasat Reskrim Polresta Banda Aceh Kompol Fadhilah Aditya Pratama dilansir ANTARA, Senin, 14 November.

Dia mengatakan puluhan produk kosmetik tanpa izin edar tersebut diamankan dari salah satu rumah warga di kawasan Desa Neusok, Kecamatan Darul Kamal, Kabupaten Aceh Besar yang masuk dalam wilayah hukum Polresta Banda Aceh.

Dirinya menjelaskan pengungkapan kasus tersebut berawal dari adanya informasi BBPOM Banda Aceh berdasarkan hasil patroli siber terkait dengan maraknya peredaran kosmetik dan obat-obatan yang tak sesuai ketentuan.

Saat didatangi, sempat terjadi perlawanan oleh pemilik kosmetik yang berisinial HG (56) dan istrinya, NH (40), karena tak mengizinkan pendataan dan pembinaan terhadap usahanya.

"Lalu BBPOM Banda Aceh melaporkan hal ini ke Polsek Darul Kamal bahwa ada beberapa produk tidak memiliki izin edar yang diduga melanggar UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan," ujarnya.

Setelah menerima informasi tersebut, Satreskrim bersama Satintelkam Polresta Banda Aceh mendatangi lokasi. Tetapi, pelaku tetap tidak mengizinkan petugas masuk ke dalam rumah untuk bernegosiasi agar produk-produk tersebut tidak disita.

"Setelah itu, petugas bersama perangkat desa setempat akhirnya bisa masuk ke rumah dan melakukan penggeledahan, serta menyita barang bukti sebanyak 92 produk kosmetik (sediaan farmasi, red.) yang tidak memiliki izin edar dan label BPOM," katanya.

Dari rumah tersebut, kata dia, petugas juga mengamankan satu timbangan digital dan dua buku catatan penjualan produk kepada pihak lain, serta satu telepon seluler.

Berdasarkan keterangan yang bersangkutan, lanjut Fadhillah, kosmetik tersebut dipesan melalui salah satu aplikasi belanja daring dari beberapa toko yang berlokasi di Sumatra Utara, kemudian produk tersebut dijual kembali ke sejumlah teman dan pihak lain yang membeli langsung ke rumah.

"Ada juga yang memesan melalui aplikasi WhatsApp untuk dikirim melalui jasa pengiriman JNT ke rumah para pembeli. Pelaku NH dan HG serta barang bukti dibawa ke Polresta Banda Aceh guna pengusutan lebih lanjut," ujar dia.

Kepala BBPOM Banda Aceh Yudi Noviandi menegaskan dari keseluruhan kosmetik sitaan tersebut, sebagian produk telah diuji oleh pihak BPOM dan diketahui mengandung kandungan berbahaya seperti merkuri dan lain-lain.

Dari 92 produk tersebut, kata dia, terdapat 15 produk kosmetik itu tercampur zat berbahaya atau bahan kimia obat dan 13 di antaranya terdeteksi mengandung merkuri.

"Semua tanpa izin edar dan mengandung bahan berbahaya. Uji laboratorium juga telah dilakukan, jika digunakan secara langsung akan bergejala kepada pengguna seperti gatal, kulit memerah hingga berakibat fatal dan ini dilarang," kata dia.

Terhadap kasus ini, kedua pelaku dijerat dengan Pasal 197 jo Pasal 196 UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana 15 tahun kurungan penjara dan denda Rp1,5 miliar.