Deretan Kejanggalan yang Ditemukan Tante dari Brigadir J Saat Menjemput Jenazah, Sempat Dilerai Polisi Saat Berpelukan dengan Reza
Tante dari almarhum Brigadir J, Rosline Emika Simanjuntak saat bersaksi di PN Jaksel (Foto: Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARAT - Tante dari almarhum Brigadir J, Rosline Emika Simanjuntak turut dihadirkan dalam ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 1 Oktober. 

Rosline akan memberikan kesaksian untuk terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di kasus pembunuhan berencana Brigadir J. Kepada majelis hakim, Rosline membeberkan detik-detik saat dirinya mengetahui bahwa keponakannya sudah tewas tertembak. 

Nuraninya memberontak. Kabar yang menyebutkan Brigadir J tewas karena baku tembak meragukan. Kepada Reza (Mahareza Rizky), adik dari Brigadir J, Rosline minta agar jenazah di foto untuk melihat detail di mana saja keponakannya itu tertembak. 

"Saya bilang 'Tolong Reza setelah abang nanti dimasukkan di peti, tolong kirimkan fotonya.'Saya mau lihat di mana lobang tembaknya itu," kata Rosline menjawab pertanyaan hakim apa yang diketahui dalam kematian Brigadir J. 

Atas permintaan ini, Reza kemudian mengirimkan foto Brigadir J. Sebagai keluarga dan atau pengasuh Brigadir J sejak kecil, nurani Rosline berkata lain. Brigadir J tidak tewas karena baku tembak tetapi disiksa.

"Jadi dari situ saya sudah melihat sudah ada kejanggalan. Dari Reza mengirimkan foto itu, jiwa batin saya selaku pengasuh sering dengan aku dari kecil sampai jadi polisi, hati saya sudah berontak," kata dia. 

Lanjut sampai jenazah Brigadi J hendak dipulangkan ke Jambi. Rosline diminta oleh Reza agar menjemputnya di bandara. Ini juga menjadi satu kejanggalan. Sebab biasanya bila ada pejabat negara yang meninggal dunia maka akan dijemput. 

"Serahkan semua kepada Tuhan, saya siap menjemput kamu ke bandara," jelas Roseline. 

Berangkatlah Rosline ke bandara bersama suaminya dan kakak rohani (Sebutan untuk pembimbing rohani dalam agama Kristen). Rosline bertugas untuk menjemput Reza bersama tiga orang perwira polisi yang mengawalnya sedangkan sisanya menjemput peti jenazah Brigadir J di ruangan kargo.

"Saya langsung datang, saya lihat langsung saya peluk, saya rangkul dia (Reza). Sabar ya Nak, kita harus kuat, ini harus kita tuntaskan, lalu polisi berbaju kotak-kotak melerai kami. Polisi itu langsung melerai, sudah Bu ya, gak usah di sini. Gak tahu juga, mungkin takut orang itu ada media yang meliput kami nangis di bandara," terang Rosline.

Kejanggalan selanjutnya terlihat di jari tangan Brigadir J yang mengeluarkan darah. Padahal sehari sebelumnya, Roseline tidak mendapatkan hal itu. Dia berinisiatif membuka sarung tangan yang dipakai jenazah brigadir J.

"Saya buka langsung sarung tangan yang dipasang kepada dia, itulah saya lihat ada jarinya sudah hampir mau putus ya jari kelingkingnya.

Dan ada bekas terbakar peliru di jari tangannya," kata dia/ 

Selain jari kelingking, dia juga menyaksikan ada lebih dari satu lubang peluru bersarang di tubuh Brigadir J.

 

"Luar biasa biadabnya yang menancapkan peluru itu untuk ketubuh anak kami. Enggak cukup satu kali dia menembakkan peluru, tapi berulang-ulang kali untuk memastikan kematian anak kami. Apa yang diinginkan orang itu, di dalam kematian anak kami almarhum Yosua," demikian Rosline.