JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mulai menyalurkan program Bantuan Sosial bagi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), untuk pengendalian inflasi di Kabupaten Klaten. Ganjar sekaligus mengenalkan beras jenis Srinuk sebagai produk pertanian unggulan saat ini.
“Dan ini satu lagi ini produknya menarik, karena hasil rekayasa. Kalau dulu ada Raja Lele itu legend di Delanggu. Kalau orang Jawa makan nasi Raja Lele mesti orang kaya. Top markotop. Enak, wangi luar biasa. Dan karena dulu pernah hilang, sekarang dikembalikan dengan riset yang baru dikasih nama Srinuk,” terang Ganjar, Rabu 21 September.
Saat ini, di Kabupaten Klaten telah mengeluarkan kebijakan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) diwajibkan membeli 10 kg beras Srinuk tiap sebulan.
“Yuk kita bantu dengan ikhlas. Kalau ini kita dampingi, ketahanan pangan kita kuat, sambil tentu saja kalau Jateng beras sudah bagus dan surplus. Kita kembangkan pendamping beras karena banyak umbi, jagung, dan komoditas lain yang menggantikan,” katanya.
Sementara itu program bantuan tersebut dilaksanakan melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dengan total Rp950.880.000. Ada sebanyak 2.264 Gapoktan yang menerima, 131 di antaranya di Kabupaten Klaten.
“Ada bantuan cultivator untuk para kelompok tani, sekaligus kemarin kita menghitung bantuan BBM. Kalau sebenarnya para petani yang membutuhkan BBM kan banyak,” ujarnya.
BACA JUGA:
Menurut Ganjar, masih banyak petani yang membutuhkan BBM untuk berproduksi. Seperti mesin traktor, pompa air, dan sebagainya.
“Tapi karena ini terbatas, pemprov sudah mengalokasikan anggaran. Hari ini coba kita data satu per satu. Tadi kita berikan bantuan cultivator sekaligus kita catat Gapoktan itu. Insyaallah akan kita bantu BBM agar meringankan mereka. Dan inilah yang satu per satu kita lihat di lapangan kita cek agar datanya presisi,” jelasnya.
Ganjar pun mengapresiasi langkah pemerintah kabupaten/kota, yang memberikan rekomendasi-rekomendasi terkait bantuan BBM.
“Sehingga betul-betul bisa tepat sasaran. Dan tidak ada yang menyalahgunakan. karena perbandingan harganya tinggi antara subsidi dengan yang tidak subsidi,” tandasnya.