Bagikan:

JAKARTA - PT Jakarta Propertindo (Jakpro) menjawab alasan penyediaan kantong parkir kendaraan yang terbatas di Jakarta International Stadium (JIS).

Keterbatasan parkir ini, menurut Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), membuat laga antara timnas Indonesia dan Curacao dalam FIFA Match Day tak layak digelar di JIS.

Plt. Direktur Proyek JIS PT Jakpro, Arry Wibowo menjelaskan BUMD pengelola JIS ini sengaja membatasi lahan parkir karena ingin membuat penonton atau suporter yang berkunjung ke stadion lebih mengutamakan untuk menggunakan transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi.

Sebab, dalam peraturan FIFA terkini, menurut Arry, desain stadion modern perlu memperhatikan isu keberlanjutan lingkungan. Salah satunya stadion direkomendasikan agar terintegrasi dengan sarana transportasi publik.

“Stadion modern standar FIFA kini dirancang untuk masa depan yang perlu memperhatikan keberlanjutan. Salah satunya mengupayakan untuk terintegrasi dengan angkutan publik," kata Arry dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Minggu, 11 September.

Arry menuturkan, saat ini akses mobilitas menuju JIS sudah terintegrasi dengan transprtasi umum, yakni bus rapid transit (BRT) selanjutnya akan terintegrasi juga dengan Commuter Line dan LRT Jakarta. Untuk mendukung hal tersebut, JIS hanya menyiapkan 1,200 kantong parkir untuk bus dan kendaraan pribadi.

Kondisi ini, lanjut Arry, serupa dengan sejumlah stadion di berbagai negara yang juga menyediakan kantong parkir dalam jumlah sedikit.

"Stadion di Eropa pun demikian, Santiago Barnabeu pasca direnovasi hanya menyisakan kurang lebih 500 kantong parkir bus dan kendraan pribadi. Bahkan stadion bersejarah di pusat Eropa yakni Wembley di London menyarankan seluruh penonton yang hadir mengoptimalkan alat transportasi umum yang tersedia,” urainya.

Dengan demikian, Arry menegaskan bahwa JIS telah memenuhi kriteria rekomendasi teknis dan persyaratan stadion sepak bola standar FIFA seperti kelengkapan fasilitas, infrastruktur, hingga penyediaan fasilitas hospitality.

"Artinya, dari aspek perencanaan dan pembangunan, JIS sudah memenuhi dengan standar yang ditentukan FIFA namun sertifikasi pertandingan merupakan hal yang terpisah. Semisal, apakah akan digunakan untuk menyelenggarakan piala Asia atau piala dunia, maka assessment atau sertifikasi dilakukan secara terpisah mengikuti standar dari masing-masing pertandingan," jelas Arry.

Sebelumnya, PSSI mengatakan JIS belum memenuhi kelayakan menggelar dua laga FIFA Matchday antara Indonesia versus Curacao. Dalam rencana awal, laga antara timnas Indonesia dan Curacao pada tanggal 24 dan 27 bulan ini sedianya digelar di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) dan di JIS.

Namun, setelah PSSI melakukan uji kelayakan JIS dianggap belum memenuhi standar untuk laga itu. Adapun untuk laga pertama dipastikan tetap dilangsungkan di GBLA.

Berdasarkan hasil inspeksi tim Infrastructure Safety and Security PSSI, Stadion JIS belum memenuhi kelayakan 100 persen infrastruktur. Terutama pada area drop off tim dan sirkulasi aktivitas terkait pertandingan di outer perimeter yang menumpuk di barat utara.

Selain itu, kendala lainnya adalah concourse timur yang belum bisa digunakan, perimeter tribun masih butuh dikaji ulang, pagar perimeter di bawah concourse barat tidak kokoh, dan sarana prasarana pendukung seperti kantong parkir, transportasi umum, dan jalan akses menuju stadion, yang belum sesuai ketentuan.

"Sehingga untuk menggelar sebuah pertandingan FIFA Match Day yang mengundang animo penonton sangat banyak maka perlu dilakukan simulasi terkait jumlah penonton mulai dari 25 persen, 50 persen, 75 persen, dan 100 persen dari perhitungan maximum safety capacity," kata Sekjen PSSI Yunus Nusi, dikutip situs federasi.

JIS saat ini memiliki daya tampung 80 ribu penonton, tetapi sayangnya hanya bisa menampung parkir sekitar 800 unit kendaraan roda empat. Kondisi itu jelas tidak bisa mengakomodasi animo suporter yang biasanya sangat tinggi.

Selain itu, akses masuk ke dalam stadion cuma menggunakan satu pintu saja. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadi antrian panjang suporter yang memakan waktu lama pada saat pertandingan selesai.

"Di samping itu terkait dengan plafon yang rendah karena bus tidak bisa masuk, bisa jadi bus tim tamu dan tim tuan rumah berhentinya di area umum, tidak di area sebagaimana mestinya yang sudah diatur. Nah kalau kita paksakan pasti akan menjadi catalan FIFA," ujar Yunus.