JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan terjadi peningkatan mikroplastik bentuk benang yang berasal dari alat pelindung diri (APD) di muara sungai menuju Teluk Jakarta semasa pandemi COVID-19.
“Melimpahnya mikroplastik yang ditemukan pada kisaran 4,29 hingga 23,49 partikel mikroplastik per 1.000 liter air sungai dengan rata-rata 9,02 partikel per 1.000 liter air sungai yang bergerak menuju perairan Teluk Jakarta,” kata peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN M Reza Cordova dalam keterangan tertulis dilansir ANTARA, Rabu, 3 Agustus.
Sampah plastik ukuran mikroskopik (mikroplastik) bentuk benang yang berasal dari APD tersebut terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis.
Proporsi mikroplastik tersebut meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020, dibandingkan sebelumnya hanya sekitar 3 persen sesaat setelah ditemukannya kasus COVID-19 pertama di Indonesia.
Hasil riset kolaborasi peneliti BRIN yang dikoordinasi oleh Reza, dengan Universitas Terbuka, Universitas Sumatera Utara, IPB University dan University of Portsmouth di Inggris menyimpulkan peningkatan mikroplastik yang signifikan, terutama pada saat curah hujan tinggi.
Riset pemantauan mikroplastik di muara sungai tersebut mencatat kelimpahannya yang lebih tinggi di wilayah pesisir timur Teluk Jakarta dibandingkan pesisir bagian barat.
Dari sembilan muara sungai yang diteliti di Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), mikroplastik ditemukan pada semua muara sungai yang diteliti.
Menurut Reza, penambahan mikroplastik paling tinggi ditemukan pada musim hujan yakni rata-rata 9,02 partikel per 1.000 liter air sungai, sedangkan paling rendah ditemukan pada musim kemarau yakni 8,01 partikel per 1.000 liter air sungai.
BACA JUGA:
Pusat Riset Oseanografi merilis hasil pemantauan mikroplastik semasa pandemi dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul “Seasonal heterogeneity and a link to precipitation in the release of microplastic during COVID-19 outbreak from the Greater Jakarta area to Jakarta Bay, Indonesia”.
Reza dan tim berharap peningkatan konsentrasi mikroplastik di lingkungan mendorong perbaikan pengelolaan sampah sekali pakai.
Ia menuturkan implementasi dari aturan yang ketat, sosialisasi dan pemahaman publik diperlukan untuk mempromosikan metode pembuangan yang benar dan perubahan sistemik dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai.
Masyarakat juga diajak untuk ikut berperan dalam menjaga kesehatan lingkungan, terutama terkait pembuangan sampah APD, yakni sampah masker yang biasa dipakai sehari-hari oleh masyarakat.